Ahad, 26 November 2017

Kufur perkataan

_*Ayo Ngaji 13*_

KAIDAH TENTANG KUFUR PERKATAAN

Lafadz yang mempunyai dua makna dimana salah satu dari keduanya mengandung arti kekufuran dan yang lain tidak mengandung arti kekufuran, dan makna yang kufur tersebut _dzhohir_ (dalam artian apabila kalimat tersebut diucapkan, makna yang terlintas pertama kali dalam hati adalah makna kufur. Tetapi kalimat tersebut mempunyai kemungkinan bermakna selain kufur), maka orang yang mengatakannya tidak dihukumi keluar dari agama Islam sampai diketahui makna manakah yang ia inginkan. Apabila dia mengatakan : "saya menginginkan makna yang kufur", maka dia dihukumi keluar dari agama Islam dan diberlakukan padanya hukum-hukum riddah. Dan apabila dia tidak bermaksud makna yang kufur maka dia tidak dihukumi keluar dari agama Islam.

Demikian juga apabila lafadz tersebut mempunyai banyak makna dan seluruh maknanya adalah kufur dan hanya satu makna yang tidak kufur, maka dia tidak dihukumi keluar dari agama Islam sampai diketahui bahwasanya dia bermaksud makna yang kufur tersebut. Inilah yang disebutkan oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dalam kitab-kitab mereka.

Adapun yang dikatakan oleh sebagian orang bahwasanya apabila suatu kata mempunyai 99 pendapat yang menghukumi kufur dan satu pendapat tidak menghukumi kufur, maka yang di ambil adalah yang tidak menghukumi kufur. Maka pernyataan seperti ini tidak ada artinya (karena kaidah untuk menghukumi kufur dan tidaknya adalah kembali kepada aturan syara', bukan jumlah sedikit banyaknya orang yang berpendapat) dan tidak benar penisbatannya kepada _Imam Malik_ dan _Abu Hanifah_ (karena pernyataan ini bukan perkataan Imam Malik dan Abu Hanifah) sebagaimana hal ini dinisbatkan oleh _Sayyid Sabiq_ kepada _lmam Malik_. Pendapat ini telah tersebar dikalangan orang-orang zaman sekarang, maka hendaknya mereka bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, (dan kembali kepada kebenaran).



_*( Abu 'Abdillah Ibnu Zubaidy Al-Bathy )*_

Wallahu a'lam

Tiada ulasan:

Catat Ulasan