Rabu, 13 Disember 2017

KEADAAN YANG DIPERBOLEHKAN TIDAK MENGHADAP KIBLAT

KEADAAN YANG DIPERBOLEHKAN TIDAK MENGHADAP KIBLAT

ويجوز ترك القبلة في حالتين في شدة الخوف وفي النافلة في السفر على الراحلة.

Keadaan yang diperbolehkan untuk tidak menghadap kiblat saat melaksanakan sholat ada dua yaitu :

*(1) Dalam keadaan genting (sangat membahayakan)* ketika melakukan peperangan yang diperbolehkan seperti memerangi orang-orang kafir dan pemberontak kepemimpinan seorang khalifah, baik sholat fardhu ataupun sunnah. Bukan peperangan yang diharamkan oleh syari'at Islam.

Dan termasuk dalam keadaan genting adalah melarikan diri dari kejaran hewan buas, atau kebakaran, atau banjir. Maka keadaan-keadaan tersebut diperkenankan untuk tidak menghadap kiblat.

*(2) Ketika melaksanakan sholat sunnah di atas hewan tunggangan saat bepergian.*

Oleh karena itu bagi seorang _musafir_ yang melakukan perjalanan yang diperkenankan syariat meskipun jaraknya dekat, maka diperbolehkan baginya melaksanakan sholat sunnah menghadap ke arah tujuannya walaupun tidak menghadap kiblat.

Seorang musafir yang diperbolehkan untuk melaksanakan sholat sunnah menghadap ke arah tujuannya adalah seorang musafir yang bepergian menaiki hewan tunggangan bukan musafir yang bepergian menaiki mobil ataupun pesawat. Karena firman Allah ta'ala :

(فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ)

[Surat Al-Baqarah 115]

Maknanya adalah : "Maka kemanapun kalian menghadapkan wajah ketika sholat sunnah di atas hewan tunggangan saat bepergian, maka di sanalah _kiblat Allah"._ Sebagaimana tafsir ini diungkapkan oleh _Mujahid_ dan disebutkan oleh _Imam Al-Thobary_ dalam kitabnya _Tafsir Al-Thobary._ Jadi yang dimaksud pada ayat di atas adalah sholat sunnah di atas hewan tunggangan saat bepergian.

Dan seorang musafir yang menaiki hewan tunggangan, maka tidak wajib baginya untuk meletakkan keningnya di atas pelana hewan tersebut, akan tetapi ia diperkenankan memberi isyarat saat ruku’ dan sujudnya. Namun isyarat sujudnya harus lebih rendah dari pada isyarat untuk ruku’.

Adapun musafir yang berjalan kaki, maka ia harus menyempurnakan ruku’ dan sujudnya dengan menghadap kiblat saat melakukan keduanya, dan tidak berjalan kecuali saat berdiri dan tasyahhud.

Wallahu a'lam

_*( Abu 'Abdillah Ibnu Zubaidy Al-Bathy )*_

Hadist shoheh

Para ulama ahli hadits menjadikan hadits sahih berikut sebagai dasar Tahniah atau ucapan selamat :

 

  ﻭﺁﺫﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺘﻮﺑﺔ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺣﻴﻦ ﺻﻠﻰ ﺻﻼﺓ اﻟﻔﺠﺮ،  ﻓﺬﻫﺐ اﻟﻨﺎﺱ ﻳﺒﺸﺮﻭﻧﻨﺎ ... ﻭاﻧﻄﻠﻘﺖ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ،  ﻓﻴﺘﻠﻘﺎﻧﻲ اﻟﻨﺎﺱ ﻓﻮﺟﺎ ﻓﻮﺟﺎ، ﻳﻬﻨﻮﻧﻲ ﺑﺎﻟﺘﻮﺑﺔ، ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ: ﻟﺘﻬﻨﻚ ﺗﻮﺑﺔ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻚ  (رواه البخاري)

 

Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama memberi  tahu kepada kami tentang diterimanya taubat saat Subuh... Saya (Ka'b bin  Malik) berjalan menuju Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama, lalu  para Sahabat menemui saya secara berkelompok seraya mengucapkan  selamat. Mereka berkata: "Selamat atas diterimanya taubatmu oleh Allah"  (HR al-Bukhari).

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

 

 ﻭﻓﻴﻬﺎ  ﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺳﺠﻮﺩ اﻟﺸﻜﺮ ﻭاﻻﺳﺘﺒﺎﻕ ﺇﻟﻰ اﻟﺒﺸﺎﺭﺓ ﺑﺎﻟﺨﻴﺮ ﻭﺇﻋﻄﺎء اﻟﺒﺸﻴﺮ ﺃﻧﻔﺲ ﻣﺎ  ﻳﺤﻀﺮ اﻟﺬﻱ ﻳﺄﺗﻴﻪ ﺑﺎﻟﺒﺸﺎﺭﺓ ﻭﺗﻬﻨﺌﺔ ﻣﻦ ﺗﺠﺪﺩﺕ ﻟﻪ ﻧﻌﻤﺔ ﻭاﻟﻘﻴﺎﻡ ﺇﻟﻴﻪ ﺇﺫا ﺃﻗﺒﻞ  "

 

Di dalam hadis tersebut disyariatkan sujud Syukur, bergegas memberi  kabar baik, mengabarkan kepada orang tersebut dengan cara yang terbaik,  dan ucapan selamat kepada orang yang baru mendapatkan nikmat, serta  berdiri jika ia menyambut" (Fathul Bari Syarah Sahih al-Bukhari 8/124).

Atsar Mengucapkan Selamat Atas Kelahiran Anak Al-Hafidz As-Suyuthi dalam kitabnya Wushul al-Amani fi Ushul at-Tahani  (1/94) menyebut ada banyak bentuk ucapan selamat, baik Ramadlan, Hari  Raya, setelah perang, pernikahan, termasuk juga kelahiran:

 

ﻭﺃﺧﺮﺝ  اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﺪﻋﺎء ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻟﺴﺮﻱ ﺑﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﻗﺎﻝ: ﻭﻟﺪ ﻟﺮﺟﻞ ﻭﻟﺪ ﻓﻬﻨﺄﻩ ﺭﺟﻞ  ﻓﻘﺎﻝ: ﻟﻴﻬﻨﻚ اﻟﻔﺎﺭﺱ، ﻓﻘﺎﻝ اﻟﺤﺴﻦ اﻟﺒﺼﺮﻱ: ﻭﻣﺎ ﻳﺪﺭﻳﻚ؟ ﻗﻞ: ﺟﻌﻠﻪ اﻟﻠﻪ ﻣﺒﺎﺭﻛﺎ  ﻋﻠﻴﻚ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﺔ ﻣﺤﻤﺪ، ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺣﻤﺎﺩ ﺑﻦ ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻝ: ﻛﺎﻥ ﺃﻳﻮﺏ ﺇﺫا ﻫﻨﺄ ﺭﺟﻼ  ﺑﻤﻮﻟﻮﺩ ﻗﺎﻝ: ﺟﻌﻠﻪ اﻟﻠﻪ ﻣﺒﺎﺭﻛﺎ ﻋﻠﻴﻚ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﺔ ﻣﺤﻤﺪ.

 

Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab ad-Dua' dari jalur as-Sari bin Yahya, ia berkata: "Seorang memiliki anak, lalu yang lain mengucapkan: "Selamat atas  kelahiran penunggang kuda". Hasan al-Bashri berkata: "Dari mana kamu  tahu? Katakanlah semoga Allah menjadikan anakmu sebagai berkah bagimu  dan umat Muhammad".

Dari jalur Hammad bin Zaid, ia berkata: "Jika  Ayyub mengucapkan kelahiran anak, ia ucapkan semoga Allah menjadikan  anakmu sebagai berkah bagimu dan umat Muhammad".

Ijtihad Ulama Tentang Doa Panjang Umur Syaikh Abdul Hamid asy-Syarwani berkata:

 

 ﻭﺃﻣﺎ اﻟﺘﺤﻴﺔ ﺑاﻟﻄﻠﺒﻘﺔ ﻭﻫﻲ ﺃﻃﺎﻝ اﻟﻠﻪ ﺑﻘﺎءﻙ ﻓﻘﻴﻞ: ﺑﻜﺮاﻫﺘﻬﺎ، ﻭاﻷﻭﺟﻪ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ  ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ اﻷﺫﺭﻋﻲ ﺇﻧﻪ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺪﻳﻦ ﺃﻭ اﻟﻌﻠﻢ، ﺃﻭ ﻣﻦ ﻭﻻﺓ اﻟﻌﺪﻝ  ﻓﺎﻟﺪﻋﺎء ﺑﺬﻟﻚ ﻗﺮﺑﺔ ﻭﺇﻻ ﻓﻤﻜﺮﻭﻩ اﻩـ ﻣﻐﻨﻲ ﺯاﺩ اﻷﺳﻨﻰ ﺑﻞ ﺣﺮاﻡ اﻩـ.

 

Adapun penghormatan dengan Thalbaqah, yaitu doa "Semoga Allah  memanjangkan umurmu", dikatakan makruh. Pendapat yang kuat adalah yang disampaikan al-Adzra'i, yaitu (ditafsil/ diperinci):

(1) Jika  disampaikan kepada orang yang ahli ibadah, ahli ilmu, atau pemimpin yang adil maka sunah.

(2) Jika tidak maka makruh. Syaikh Zakaria Al-Anshari  menambahkan haram" (Hawasyai asy-Syarwani 9/229).

Jika masih ditemukan pendapat para ulama yang ahli di bidang ijtihad, mengapa langsung memvonis tasyabbuh dengan orang kafir?

Wallahu a’lam. 

Selasa, 12 Disember 2017

Peringatan isro' mi'roj

PERISTIWA ISRA' DAN MI'RAJ BUKAN MENUNJUKKAN BAHWA ALLAH ADA DI SUATU TEMPAT

Maksud dari _Mi'raj_ bukanlah berarti Rasulullah mencapai suatu tempat di mana Allah berada di tempat tersebut. Dan barangsiapa meyakini bahwasanya Rasulullah mencapai suatu tempat di mana Allah berada di tempat tersebut, maka hukumnya adalah keluar dari agama Islam.

Adapun maksud dari peristiwa _Mi'raj_ tidak lain adalah untuk memuliakan Rasulullah _shallallahu 'alaihi wasallam_ dengan diperlihatkan kepadanya keajaiban-keajaiban yang ada di _'alam 'ulwi_ (alam atas), serta untuk mengagungkan kedudukannya dan juga beliau melihat Dzat Allah yang maha suci dengan hatinya tanpa adanya Allah berada di suatu tempat. Melainkan tempat berlaku bagi Rasulullah. Sebagaimana hal ini difirmankan Allah ta'ala :

( ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﺳْﺮَﻯ ﺑِﻌَﺒْﺪِﻩِ ﻟَﻴْﻼ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻷﻗْﺼَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﺎﺭَﻛْﻨَﺎ ﺣَﻮْﻟَﻪُ ﻟِﻨُﺮِﻳَﻪُ ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺗِﻨَﺎ )

[Surat Al-Isra' : 1]

Maknanya : "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari _Al-Masjid Al-haram_ ke _Al-Masjid Al-aqsa_ yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami.

Maka maksud dari peristiwa _Isra'_ dan _Mi'raj_ adalah untuk memperlihatkan Nabi Muhammad sebagian dari tanda-tanda kekuasan Allah. Bukan berarti bahwa Rasulullah mencapai suatu tempat di mana Allah berada di tempat tersebut.

Sedangkan firman Allah :

(ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ * فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ)

[Surat An-Najm 8-9]

Maknanya : "Kemudian _Jibril_ mendekat, kemudian bertambah dekat lagi. Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi".

Oleh karena itu yang dimaksud dengan ayat ini adalah Jibril _'alaihissalam,_ di mana Rasulullah pernah melihatnya di _Makkah_ di sebuah tempat yang bernama _Ajyaad,_ dan malaikat Jibril memiliki enam ratus sayap, bentuk malikat Jibril yang begitu besar menutupi antara ufuk timur dan ufuk barat. Sebagaimana Rasulullah pernah melihat Jibril pada waktu yang lain di dekat _Sidratul Muntaha,_ Allah ta’ala berfirman :

(وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ * عِنْدَ سِدْرَةِ المنتهى)

[Surat An-Najm 13-14]

Maknanya: "Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat _Jibril_ itu (dengan rupanya yang asli) pada waktu lain. (yaitu) di dekat _Sidratul Muntaha_".

Maka ayat di atas bukanlah berarti bahwasanya Allah mendekat kepada Nabi Muhamad, dengan jarak yang begitu dekat. Karena menisbatkan jarak antara Allah dengan makhluk-Nya berarti telah menisbatkan tempat bagi Allah subhanahu wa ta'ala. Dan hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran _Ahli Sunnah Wal Jam'ah_ yang mengajarkan kita bahwasanya Allah ada tanpa membutuhkan tempat dan arah.




_*( Abu 'Abdillah Ibnu Zubaidy Al-Bathy )*_

Wallahu a'lam

Jumaat, 8 Disember 2017

Bid'ah menurut pandangan empat madzhab

BID'AH DALAM PANDANGAN EMPAT MAZHAB :

MAZHAB SYAFI'I :

#. Imam Syafi'i Berkata :

المحدثات ضربان احدهما : ما احدث مما يخالف كتابا، او سنة،  او اثرا، او اجماعا فهذه البدعة ضلالة. والثاني : ما احدث من الخير لا خلاف فيه لواحد من هذا، وهذه محدثة غير مذمومة.

Hal- Hal baru ( Muhdatsat ) itu ada dua :
Pertama : Hal baru yang bertentangan dengan Alquran, Sunnah, Atsar maupun Ijma', inilah Bid'ah yang sesat.
Kedua : Segala hal baru yang baik dan tidak bertentangan dengan Alquran, Sunnah, Atsar maupun Ijma', maka hal ini tidaklah tercela.

( lihat: Taajuddin Assubki, Fatawa Assubki, Juz 2, hal 105. Ibnu Hajar Al 'Asqolani, Fathul Baari, Daarul Fikr, 1993, Juz 15, hal 173 ).

#. Imam Nawawi berkata :

البدعة بكسر الباء في الشرع هي احداث ما لم يكن في عهد رسول الله صلى الله عليه وسلّم وهي منقسمة  الى حسنة و قبيحة.

Bid'ah menurut syari'at adalah : Pengadaan sesuatu yang baru, yang tidak ada di masa Rasulullah. SAW dan ia terbagi menjadi dua; yaitu Bid'ah Hasanah ( baik ) dan Bid'ah Qobihah ( Buruk ).

( lihat: Imam Nawawi, Tahdziibul Asma Wallughoot, Daarul Fikr, Juz 3, Hal 20 ).

MAZHAB HANAFI :

#. Syeikh Badruddin  Al 'Aini dalam bukunya 'Umdatul Qori berkata :

البدعة في الاصل احداث امر لم يكن في زمن رسول الله صلى  عليه وسلّم.  ثم البدعة عَلَى نوعين : ان كانت ممّا يندرج تحت مستحسن في الشرع فهي بدعة حسنة، وان كانت ممّا يندرج تحت مستقبح في الشرع فهي بدعة مستقبحة.

Bid'ah asalnya adalah segala sesuatu yang baru, yang tidak ada pada zaman Rasulullah. SAW. Kemudian Bid'ah terbagi menjadi dua : Jika ia sesuai dengan hal hal yang dipandang baik oleh syari'at maka ia bid'ah hasanah. Sedangkan jika ia termasuk dalam hal hal yang dipandang buruk oleh syari'at maka ia Bid'ah Mustaqbahah ( buruk ).

( Lihat : Badruddin Al-'Aini , 'Umdatul Qoori; Daarul Fikr, Juz 11, Hal 124 ).

MAZHAB MALIKI :

#. Syeikh Muhammad Azzarqani Berkata :

وهي لغة ما احدث على غير مثال سابق و تطلق شرعا على مقابل السنة وهي ما لم يكن في عهده صلىّ الله عليه وسلّم، ثم تنقسم الى الاحكام الخمسة.

Bid'ah secara bahasa adalah perkara baru yang diadakan tanpa ada contoh sebelumnya, dan secara syari'at Bid'ah adalah lawan kata dari sunnah, yaitu yang tidak ada di masa Nabi. SAW, dan Bid'ah terbagi sesuai hukum yang lima.

( lihat : Muhammad Azzarqoni, Syarh Zarqoni 'Ala Muwattho Malik, Daarul Fikr, Juz 1, Hal 237 )

MAZHAB HAMBALI :

#. Al Hafidz Ibnu Rojab Berkata :

والمراد بالبدعة ما احدث ممّا لا اصل له في الشريعة يدلُّ عليه ، وامّا ما كان له اصل من الشرع يدلُّ عليه فليس ببدعة شرعا وان كان بدعة لغة.

Yang dimaksud dengan Bid'ah adalah segala sesuatu yang baru yang tidak ada dalil yang mendasarinya di dalam syari'at.
Adapun segala yang baru yang memiliki dalil yang bersumber dari syari'at maka menurut syari'at sebenarnya ia bukanlah Bid'ah, meskipun secara bahasa ia disebut Bid'ah.

( Lihat : Al-Mubarokfuri , Tuhfatul Ahwadz, Daarul Fikr, Juz 7, Hal 411 ).

Kesimpulan, Semua Ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah ( ASWAJA ) berpendapat bahwa Bid'ah itu terbagi bagi, ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang bernilai pahala dan juga dosa.

Dan kita saat ini jadi bertanya, jika ada kelompok yang mengaku Ahlu Sunnah tetapi menganggap semua Bid'ah adalah sesat dan pelakunya masuk neraka, ini kelompok ikut Imam siapa  ? Ikut Mazhab siapa ? Ikut Ulama yang mana ? Dan diperparah lagi kecenderungan mereka thd kelompok mereka mengarah kpd perpecah belahan umat islam.

Wallahu A'lam.

Ciri-ciri wahabi

Disebutkan (قيل):
copas
*CIRI - CIRI WAHABI*

*AQIDAH*
1. Membagi Tauhid menjadi 3 bagian yaitu:
(a). Tauhid Rububiyyah: Dengan tauhid ini, mereka mengatakan bahwa kaum musyrik Mekah dan orang-orang kafir juga mempunyai tauhid.
(b). Tauhid Uluhiyyah: Dengan tauhid ini, mereka menafikan tauhid umat Islam yang bertawassul, beristigathah dan bertabarruk sedangkan ketiga-tiga perkara tersebut diterima oleh jumhur ulama‟ Islam khasnya ulama‟ empat Imam madzhab.
(c.) Tauhid Asma’ dan Sifat: Tauhid versi mereka ini bisa menjerumuskan umat islam ke lembah tashbih dan tajsim kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala seperti:
- Menterjemahkan istiwa’ sebagai bersemayam/bersila
- Merterjemahkan yad sebagai tangan
- Menterjemahkan wajh sebagai muka
- Menisbahkan jihah (arah) kepada Allah (arah atas – jihah ulya)
- Menterjemah janb sebagai lambung/rusuk
- Menterjemah nuzul sebagai turun dengan dzat
- Menterjemah saq sebagai betis
- Menterjemah ashabi’ sebagai jari-jari, dll
- Menyatakan bahawa Allah SWT mempunyai “surah” atau rupa
- Menambah bi dzatihi haqiqatan [dengan dzat secara hakikat] di akhir setiap ayat-ayat mutashabihat.
2. Memahami ayat-ayat mutashabihat secara zhahir tanpa penjelasan terperinci dari ulama-ulama yang mu’tabar.
3. Menolak asy-Sya’irah dan al-Maturidiyah yang merupakan ulama’ Islam dalam perkara Aqidah yang diikuti mayoritas umat islam.
4. Sering mengkrititik asy-Sya’irah bahkan sehingga mengkafirkan asy-Sya’irah.
5. Menyamakan asy-Sya’irah dengan Mu’tazilah dan Jahmiyyah atau Mu’aththilah dalam perkara mutashabihat.
6. Menolak dan menganggap tauhid sifat 20 sebagai satu konsep yang bersumberkan falsafah Yunani dan Greek.
7. Berselindung di sebalik mazhab Salaf.
8. Golongan mereka ini dikenal sebagai al-Hasyawiyyah, al-Musyabbihah, al-Mujassimah atau al-Jahwiyyah dikalangan ulama’ Ahli Sunnah wal Jama’ah.
9. Sering menuduh bahwa Abu Hasan Al-Asy’ari telah kembali ke mazhab Salaf setelah bertaubat dari mazhab asy-Sya’irah. Menuduh ulama’ asy-Sya’irah tidak betul-betul memahami faham Abu Hasan Al-Asy’ari.
10. Menolak ta’wil dalam bab Mutashabihat.
11. Sering menuduh bahwa mayoritas umat Islam telah jatuh kepada perbuatan syirik.
12. Menuduh bahwa amalan memuliakan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam [membaca maulid dll] membawa kepada perbuatan syirik.
13. Tidak mengambil pelajaran sejarah para anbiya’, ulama’ dan sholihin dengan dalih menghindari syirik.
14. Pemahaman yang salah tentang makna syirik, sehingga mudah menghukumi orang sebagai pelaku syirik.
15. Menolak tawassul, tabarruk dan istighathah dengan para anbiya’ serta sholihin.
16. Mengganggap tawassul, tabarruk dan istighathah sebagai cabang-cabang syirik.
17. Memandang remeh karamah para wali [auliya’].
18. Menyatakan bahwa ibu bapa dan datuk Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak selamat dari adzab api neraka.
19. Mengharamkan mengucap “radhiallahu ‘anha” untuk ibu Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam, Sayyidatuna Aminah.

*SIKAP*
1. Sering membid’ahkan amalan umat Islam bahkan sampai ke tahap mengkafirkan mereka.
2. Mengganggap diri sebagai mujtahid atau berlagak sepertinya (walaupun tidak layak).
3. Sering mengambil hukum secara langsung dari al-Qur’an dan hadits (walaupun tidak layak).
4. Sering memtertawakan dan meremehkan ulama’ pondok dan golongan agama yang lain.
5. Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits yang ditujukan kepada orang kafir sering ditafsir ke atas orang Islam.
6. Memaksa orang lain berpegang dengan pendapat mereka walaupun pendapat itu syaz (janggal).

*HADITS*
1. Menolak beramal dengan hadis dho’if.
2. Penilaian hadits yang tidak sama dengan penilaian ulama’ hadits yang lain.
3. Mengagungkan Nasiruddin al-Albani di dalam bidang ini [walaupun beliau tidak
mempunyai sanad bagi menyatakan siapakah guru-guru beliau dalam bidang hadits.
[Bahkan mayoritas muslim mengetahui bahwa beliau tidak mempunyai guru dalam bidang hadits dan diketahui bahawa beliau belajar hadits secara sendiri dan ilmu jarh dan ta’dil beliau adalah mengikut Imam al-Dhahabi].
4. Sering menganggap hadits dho’if sebagai hadits mawdhu’ [mereka mengumpulkan hadits dho’if dan palsu di
dalam satu kitab atau bab seolah-olah kedua-dua kategori hadits tersebut adalah sama].
5. Pembahasan hanya kepada sanad dan matan hadits, dan bukan pada makna hadits. Oleh karena itu, pebedaan pemahaman ulama’ [syawahid] dikesampingkan.

*QUR’AN*
1. Menganggap tajwid sebagai ilmu yang menyusahkan dan tidak perlu (Sebagian Wahabi indonesia yang jahil)

*FIQH*
1. Menolak mengikuti madzhab imam-imam yang empat; pada hakikatnya mereka bermadzhab

*“TANPA MADZHAB”.*
2. Mencampuradukkan amalan empat mazhab dan pendapat-pendapat lain sehingga membawa kepada talfiq [mengambil yang disukai] haram.
3. Memandang amalan bertaqlid sebagai bid’ah; mereka mengklaim dirinya berittiba’.
4. Sering mengungkit dan mempermasalahkan soal-soal khilafiyyah.
5. Sering menggunakan dakwaan ijma’ ulama dalam masalah khilafiyyah.
6. Menganggap apa yang mereka amalkan adalah sunnah dan pendapat pihak lain adalah Bid’ah.
7. Sering menuduh orang yang bermadzhab sebagai ta’assub [fanatik] mazhab.
8. Salah faham makna bid‟ah yang menyebabkan mereka mudah membid‟ahkan orang lain.
9. Mempromosikan madzhab fiqh baru yang dinamakan sebagai Fiqh al-Taysir, Fiqh al-Dalil, Fiqh Musoffa, dll [yang jelas keluar daripada fiqh empat mazhab].
10. Sering mewar-warkan agar hukum ahkam fiqh dipermudahkan dengan menggunakan hadis “Yassiru wa la tu’assiru, farrihu wa la tunaffiru”.
11. Sering mengatakan bahwa fiqh empat madzhab telah ketinggalan zaman

.NAJIS.
1. Sebagian mereka sering mempermasalahkan dalil akan kedudukan babi sebagai najis mughallazhah.
2. Menyatakan bahwa bulu babi itu tidak najis karena tidak ada darah yang mengalir.

*WUDHU’*
1. Tidak menerima konsep air musta’mal.
2. Bersentuhan lelaki dan perempuan tidak membatalkan wudhu’.
3. Membasuh kedua belah telinga dengan air basuhan rambut dan tidak dengan air yang baru.

*ADZAN*
1. Adzan Juma’at sekali; adzan kedua ditolak

*SHALAT.
1. Mempromosikan “Sifat Shalat Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam‟, dengan alasan kononnya shalat berdasarkan fiqh madzhab adalah bukan sifat shalat Nabi yang benar.
2. Menganggap melafazhkan kalimat “usholli” sebagai bid’ah.
3. Berdiri dengan kedua kaki mengangkang.
4. Tidak membaca “Basmalah‟ secara jahar.
5. Menggangkat tangan sewaktu takbir sejajar bahu atau di depan dada.
6. Meletakkan tangan di atas dada sewaktu qiyam.
7. Menganggap perbedaan antara lelaki dan perempuan dalam shalat sebagai perkara bid‟ah (sebagian Wahabiyyah Indonesia yang jahil).
8. Menganggap qunut Subuh sebagai bid’ah.
9. Menggangap penambahan “wa bihamdihi” pada tasbih ruku’ dan sujud adalah bid’ah.
10. Menganggap mengusap muka selepas shalat sebagai bid’ah.
11. Shalat tarawih hanya 8 rakaat; mereka juga mengatakan shalat tarawih itu
sebenarnya adalah shalat malam (shalatul-lail) seperti pada malam-malam lainnya.
12. Dzikir jahr di antara rakaat-rakaat shalat tarawih dianggap bid’ah.
13. Tidak ada qadha’ bagi shalat yang sengaja ditinggalkan.
14. Menganggap amalan bersalaman selepas shalat adalah bid’ah.
15. Menggangap lafazh sayyidina (taswid) dalam shalat sebagai bid’ah.
16. Menggerak-gerakkan jari sewaktu tasyahud awal dan akhir.
17. Boleh jama’ dan qashar walaupun kurang dari dua marhalah.
18. Memakai sarung atau celana setengah betis untuk menghindari isbal.
19. Menolak shalat sunnat qabliyyah sebelum Juma’at.
20. Menjama’ shalat sepanjang semester pengajian, karena mereka berada di landasan Fisabilillah

*DO’A, DZIKIR DAN BACAAN AL-QUR’AN*
1. Menggangap do’a berjama’ah selepas shalat sebagai bid’ah.
2. Menganggap dzikir dan wirid berjama’ah sebagai bid’ah.
3. Mengatakan bahwa membaca “Sodaqallahul ‘azhim” selepas bacaan al-Qur’an adalah Bid’ah.
4. Menyatakan bahwa do’a, dzikir dan shalawat yang tidak ada dalam al-Qur’an dan Hadits sebagai bid’ah. Sebagai contoh mereka menolak Dala’il al-Khairat, Shalawat al-Syifa‟, al-Munjiyah, al-Fatih, Nur al-Anwar, al-Taj, dll.
5. Menganggap amalan bacaan Yasin pada malam Jum’at sebagai bid’ah yang haram.
6. Mengatakan bahwa sedekah atau pahala tidak sampai kepada orang yang telah wafat.
7. Mengganggap penggunaan tasbih adalah bid’ah.
8. Mengganggap zikir dengan bilangan tertentu seperti 1000 (seribu), 10,000 (sepuluh ribu), dll sebagai bid’ah.
9. Menolak amalan ruqiyyah syar’iyah dalam pengobatan Islam seperti wafa‟, azimat, dll.
10. Menolak dzikir isim mufrad: Allah Allah.
11. Melihat bacaan Yasin pada malam nisfu Sya’ban sebagai bid’ah yang haram.
12. Sering menafikan dan memperselisihkan keistimewaan bulan Rajab dan Sya’ban.
13. Sering mengkritik keutamaan malam Nisfu Sya’ban.
14. Mengangkat tangan sewaktu berdoa’ adalah bid’ah.
15. Mempermasalahkan kedudukan shalat sunat tasbih.

*PENGURUSAN JENAZAH DAN KUBUR*
1. Menganggap amalan menziarahi maqam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para anbiya’, awliya’, ulama’ dan sholihin sebagai bid’ah dan shalat tidak boleh dijama’ atau qasar dalam ziarah seperti ini.
2. Mengharamkan wanita menziarahi kubur.
3. Menganggap talqin sebagai bid’ah.
4. Mengganggap amalan tahlil dan bacaan Yasin bagi kenduri arwah sebagai bid’ah yang haram.
5. Tidak membaca do’a selepas shalat jenazah.
6. Sebagian ulama’ mereka menyeru agar Maqam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikeluarkan dari masjid nabawi atas alasan menjauhkan umat Islam dari syirik.
7. Menganggap kubur yang bersebelahan dengan masjid adalah bid’ah yang haram.
8. Do’a dan bacaan al-Quran di perkuburan dianggap sebagai bid’ah.

*MAJLIS SAMBUTAN BERAMAI-RAMAI*
1. Menolak peringatan Maulid Nabi; bahkan menyamakan sambutan Mawlid Nabi dengan perayaan kristen bagi Nabi Isa as.
2. Menolak amalan marhaban para habaib
3. Menolak amalan barzanji.
4. Berdiri ketika bacaan maulid adalah bid’ah
5. Menolak peringatan Isra’ Mi’raj, dll.

*HAJI DAN UMRAH*
1. Mencoba untuk memindahkan “Maqam Ibrahim as.” namun usaha tersebut telah digagalkan oleh al-Marhum Sheikh Mutawalli Sha’rawi saat beliau menemuhi Raja Faisal ketika itu.
2. Menghilangkan tanda telaga zam-zam.
3. Mengubah tempat sa’i di antara Sofa dan Marwah yang mendapat tentangan ulama’ Islam dari seluruh dunia.

*PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN*
1. Maraknya para professional yang bertitle LC menjadi “ustadz-ustadz‟ mereka (di Indonesia)
2. Ulama-ulama yang sering menjadi rujukan mereka adalah:
a. Ibnu Taymiyyah al-Harrani
b. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
c. Muhammad bin Abdul Wahhab
d. Sheihk Abdul Aziz bin Baz
e. Nasiruddin al-Albani
f. Sheikh Sholeh al-Utsaimin
g. Sheikh Sholeh al-Fawzan
h. Adz-Dzahabi dll.
3. Sering mendakwahkan untuk kembali kepada al-Qura’an dan Hadits (tanpa menyebut para ulama’, sedangkan al-Qura’n dan Hadits sampai kepada umat Islam melalui para ulama’ dan para ulama’ juga lah yang memelihara dan menjabarkan kandungan al-Qur’an dan Hadits untuk umat ini).
4. Sering mengkritik Imam al-Ghazali dan kitab “Ihya’ Ulumuddin”

*PENGKHIANATAN MEREKA KEPADA UMAT ISLAM*
1. Bersekutu dengan Inggris dalam menjatuhkan kerajaan Islam Turki Utsmaniyyah.
2. Melakukan perubahan kepada kitab-kitab ulama’ yang tidak sehaluan dengan mereka.
3. Banyak ulama’ dan umat Islam dibunuh sewaktu kebangkitan mereka di timur tengah.
4. Memusnahkan sebagian besar peninggalan sejarah Islam seperti tempat lahir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meratakan maqam al-Baqi’ dan al-Ma’la [makam para isteri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Baqi’, Madinah dan Ma’la, Mekah], tempat lahir Sayyiduna Abu Bakar dll, dengan hujjah tempat tersebut bisa membawa kepada syirik.
5. Di Indonesia, sebagian mereka dahulu dikenali sebagai Kaum Muda atau Mudah [karena hukum fiqh mereka yang mudah, ia merupakan bentuk ketaatan bercampur dengan kehendak hawa nafsu].

*TASAWWUF DAN THARIQAT*
1. Sering mengkritik aliran Sufisme dan kitab-kitab sufi yang mu’tabar.
2. Sufiyyah dianggap sebagai kesamaan dengan ajaran Budha dan Nasrani.
3. Tidak dapat membedakan antara amalan sufi yang benar dan amalan bathiniyyah yang sesat.

Wallahu a’lam bish-Showab wal hadi ila sabilil haq.

Rabu, 6 Disember 2017

Sholat

KITAB MENERANGKAN TENTANG SHOLAT

كتاب الصلاة

الصلاة المفروضة خمس الظهر وأول وقتها زوال وقتها زوال الشمس وآخره إذا صار ظل كل شيء مثله بعد الزوال. 

_Sholat_ secara bahasa adalah do’a. Dan secara syara’, sebagaimana yang telah disampaikan oleh _lmam Al-Rafi’i_ adalah ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.

Sholat yang wajib dilaksanakan dalam sehari semalam ada lima, masing-masing dari sholat tersebut wajib dilaksanakan sebab masuknya awal waktu dengan kewajiban yang diperluas (tidak harus segera dilakukan) sampai waktu yang tersisa hanya cukup digunakan untuk melakukannya, maka saat itu waktunya menjadi sempit (harus segera dilakukan).

Kelima sholat wajib tersebut adalah :

*(1) Sholat Dzuhur.* _Imam Al-Nawawi_ berkata : “sholat ini disebut dengan _Dzuhur_ karena sesungguhnya sholat ini nampak jelas di tengah hari”.

Awal masuknya waktu sholat Dzuhur adalah saat tergelincirnya (bergesernya) matahari dari tengah langit, hal itu tidak dilihat dari kenyataannya, namun dilihat dari apa yang nampak oleh kita.

Pergeseran tersebut bisa diketahui dengan bergesernya bayang-bayang ke arah timur setelah posisinya tepat di tengah-tengah langit, yaitu puncak posisi tingginya matahari yang disebut dengan _*Istiwa'*_

Dan batas akhirnya waktu sholat Dzuhur adalah ketika bayang-bayang setiap benda sama dengan ukuran benda tersebut tanpa memasukkan bayang-bayang yang nampak saat tergelincirnya matahari.

Bayang-bayang bukan berarti tidak adanya sinar matahari sebagaimana yang disalah fahami oleh sebagian orang, akan tetapi bayang-bayang adalah perkara wujud yang diciptakan oleh Allah _subhanahu wa ta'ala_ untuk kemanfaatan badan dan selainnya.

Sholat Dzuhur mempunyai enam waktu yaitu :

*(1) Waktu Fadhilah*, yaitu waktu yang cukup untuk digunakan melaksanakan syarat-syarat sahnya sholat, melaksanakan sholat dan kesunahan-kesunahan sholat.

*(2) Waktu Ihtiyar*, yaitu waktu yang diperbolehkan untuk melaksanakan sholat sampai waktu yang tersisa hanya cukup digunakan untuk melakukan sholat.

*(3) Waktu Jawaz Bi La Karahah*, yaitu waktu yang diperbolehkan untuk melaksanakan sholat sebelum sampai batas makruh.

*(4) Waktu Hurmah*, yaitu waktu yang dilarang untuk mengakhirkan sholat sampai pada waktu tersebut.

*(5) Waktu Dhorurah*, yaitu akhir waktu sholat apabila hal-hal yang mencegah seseorang melaksanakan sholat telah hilang.

*(6) Waktu 'Udzur*, yaitu waktu sholat ashar bagi orang yang _menjama' ta'khir_ sholat dzuhur dengan sholat asar (mengumpulkan sholat dzuhur di waktu sholat ashar).



_*( Abu 'Abdillah Ibnu Zubaidy Al-Bathy )*_

Awal mula makhluq

KETERANGAN TENTANG AWAL MULA MAKHLUK

Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ ketika ditanya tentang awal mula makhluk, beliau bersabda :

كان الله ولم يكن شيء غيره وكان عرشه على الماء وكتب في الذكر كل شيء ثم خلق السموات والأرض

Maknanya: “Allah ada pada _azal_ (wujud-Nya tanpa permulaan) tidak ada sesuatu apapun selain-Nya. Dan _‘arsy_ Allah berada (ditempatkan) di atas air (yang lebih dulu diciptakan sebelum ‘arsy) dan Allah (memerintahkan _Al-Qalam Al-A’la)_ untuk mencatat segala sesuatu yang akan terjadi sampai datangnya hari kiamat pada _Al-Dzikr_ _(Al-Lauh Al-Mahfuzh)_ dan kemudian Allah menciptakan langit dan bumi”. _(H.R. Al-Bukhari)_

Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ menjawab pertanyaan ini bahwasanya tidak ada permulaan bagi wujudnya Allah, yakni azali dan tidak ada yang azali kecuali hanya Allah. Dengan kata lain, pada azal tidak ada sesuatu apapun kecuali Allah dan Allah ta’ala adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu, yakni Dzat yang menampakkan (memunculkan) segala sesuatu dari yang semula tidak ada menjadi ada.

Makna Allah menciptakan segala sesuatu adalah menampakkan segala sesuatu yang ada di dunia ini dari yang semula tidak ada menjadi ada.

Allah ta’ala adalah Dzat yang maha hidup tidak akan mati, karena wujud Allah tidak akan berakhir _(abadi)_. Allah tidak didahului oleh ketiadaan _(Al-‘Adam)_ karena seandainya Allah didahului ketiadaan, niscaya mustahil bagi-Nya sifat _Al-Qidam_ (adanya Allah tanpa permulaan), yakni _Al-Azaliyyah_.

Hukum orang yang mengatakan: “Allah adalah Dzat yang menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah” adalah keluar dari agama islam secara pasti karena dia telah menisbatkan ketiadaan bagi Allah ta’ala sebelum adanya Allah. Padahal hal itu tidak boleh dikatakan kecuali bagi segala sesuatu yang baru _(Al-Hawadits),_ yaitu makhluk.

Allah ta’ala adalah dzat yang wajib wujudnya yakni tidak diterima oleh akal ketiadaan-Nya. Jadi Wujud (adanya) Allah tidak seperti keberadaan kita yang baharu, karena keberadaan kita ini sebab diciptakan oleh Allah ta’ala, sedangkan segala sesuatu selain Allah itu mungkin wujudnya, yakni secara akal mungkin keberadaanya setelah semula tidak ada dan juga mungkin ketiadaannya setelah semula ada. Hal ini dengan melihat keadaan segala sesuatu tersebut menurut hukum akal, bahwasanya secara akal segala sesuatu yang ada di dunia ini mungkin adanya dan mungkin ketiadaannya. Dan ketentuan tersebut sesuai dengan kehendak dan kuasa Allah.

Wallahu a'lam

_*( Abu 'Abdillah Ibnu Zubaidy Al-Bathy )*_

Kewajiban membayar kaffarrat

Kewajiban Membayar Kaffarot Dengan Sengaja Berbuka Dengan Makan,Minum Dll

Terjadi perbedaan pendapat dalam wajibnya membayar kaffarot disebabkan sengaja makan atau minum dll menjadi dua pendapat :

1-Wajib membayar kaffarot disebabkan sengaja makan,minum dll di siang hari bulan ramadhan

Pendapat ini didukung oleh Ulama Madzhab Hanafi,Maliki,Imam Atho',Imam Hasan,Imam Zuhri,Imam Tsauri,Imam Auza'ie,Imam Ishaq & Imam Abi Tsaur

Mereka menggunakan dalil
1- Diriwayatkan oleh Abi Hurairah : Bahwasanya ada seorang lelaki yg membatalkan puasanya pada siang hari ramadhan,kemudian Nabi menyuruhnya agar memerdekakan budak
2- Dalam sebuah hadits Nabi : siapa yg membatalkan puasanya ketika ramadhan maka ia wajib membayar seperti apa yg diwajibkan bagi seorang yg berdzihar

Alasan menjadikan kedua hadits ini sebagai dalil : pada hadits yg pertama Nabi memerintahkan kpd org yg membatalkan puasanya pada bulan ramadhan agar memerdekakan budak, tanpa membedakan batalnya disebabkan apa atau apa,
Pada hadits yg kedua Nabi mengharuskan membayar denda bagi org yg membatalkan puasanya pada siang hari ramadhan seperti denda org yg melakukan dzihar,dan org yg berdzihah itu diwajibkan membayar kaffarot, maka dari itu kaffarot diwajibkan bagi org yg membatalkan puasanya.

Ulama berkata : wajibnya kaffarot itu kaitannya dg merusak kemulyaan bulan ramadhan bukan berkaitan dg jima',karena yg diharamkan adalah perusakan trhdp kemulyaannya tersebut bukan jima'nya,maka dari itu,ia wajib membayar kaffarot dikarenakan menjima' istrinya apabila dilakukan di siang hari,karena adanya perusakan terhadap kemulyaan bulan ramadhan, dan tidak diwajibkan membayar kaffarot apabila dilakukan pda malam hari, karena tidak adanya perusakan terjadap kemulyaan bulan ramadhan.

Tidakkah kau perhatikan bahwasanya Nabi menjadikan alasan diwajibkannya kaffarot dg perkataannya " siapa yg membatalkan puasanya pada bulan ramadhan " .maka dari itu terbantahlah pendapat yg mengatakan kaffarot itu kaitannya dg jima'

2-tidak diwajibkan membayar kaffarot dg sengaja makan,mium dll pda siang hari bulan ramadhan

Yg didukung oleh Ulama Madzhab Syafi'i,Hanbali, Imam Sa'id Bin Jubair,Imam Nakho'ie,Imam Ibnu Sirin,Imam Hammad dan Imam Daud.

Mereka beralasan bahwasanya hukum asal dari membatalkan puasa adalah tidak wajib membayar kaffarot kecuali dalam perkara  tertentu yg ditentukan oleh syari'at,dan dalam syari'at telah ditentukan wajibnya membayar kaffarot ketika menjima',sedangkan selain jima' tidak sama dg jima',karena jima' lebih berat (konsekuensi hukumnya)

Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah al Kuwaitiyah, juz 35 hal 56 - 60
______________________________________

وُجُوبُ الْكَفَّارَةِ بِتَعَمُّدِ الإِْفْطَارِ بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ وَنَحْوِهِمَا:
٢٥ - لاَ خِلاَفَ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ فِي عَدَمِ وُجُوبِ الْكَفَّارَةِ عَلَى مَنْ أَكَل أَوْ شَرِبَ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلاً أَوْ مُخْطِئًا.
وَإِنَّمَا الْخِلاَفُ بَيْنَهُمْ فِي وُجُوبِهَا بِتَعَمُّدِ الأَْكْل أَوِ الشُّرْبِ وَنَحْوِهِمَا عَلَى قَوْلَيْنِ.

الْقَوْل الأَْوَّل: وُجُوبُ الْكَفَّارَةِ بِتَعَمُّدِ الأَْكْل وَالشُّرْبِ وَنَحْوِهِمَا فِي نَهَارِ رَمَضَانَ.
وَإِلَيْهِ ذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ (١) ، وَالْمَالِكِيَّةُ (٢) ، وَبِهِ قَال عَطَاءٌ وَالْحَسَنُ وَالزُّهْرِيُّ وَالثَّوْرِيُّ وَالأَْوْزَاعِيُّ وَإِسْحَاقُ وَأَبُو ثَوْرٍ (٣) .
وَاسْتَدَلُّوا بِمَا رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ فَأَمَرَهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَنْ يُعْتِقَ رَقَبَةً (٤) .
وَبِمَا رُوِيَ مِنْ قَوْل الرَّسُول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا فَعَلَيْهِ مَا عَلَى الْمُظَاهِرِ (٥) .
وَوَجْهُ الدَّلاَلَةِ مِنْ هَذَيْنِ الْحَدِيثَيْنِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ فِي الْحَدِيثِ الأَْوَّل مَنْ أَفْطَرَ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ أَنْ يُعْتِقَ رَقَبَةً دُونَ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ إِفْطَارٍ وَإِفْطَارٍ، وَجَعَل جَزَاءَ الْفِطْرِ مُتَعَمِّدًا فِي الْحَدِيثِ الثَّانِي جَزَاءَ الْمُظَاهِرِ مُطْلَقًا، وَالْمُظَاهِرُ تَجِبُ عَلَيْهِ الْكَفَّارَةُ، فَتَجِبُ عَلَى كُل مَنْ أَفْطَرَ بِأَكْلٍ أَوْ بِغَيْرِهِ.
وَقَالُوا: إِنَّ الْكَفَّارَةَ تَتَعَلَّقُ بِالإِْفْسَادِ لِهَتْكِ حُرْمَةِ الشَّهْرِ عَلَى سَبِيل الْكَمَال لاَ بِالْجِمَاعِ، لأَِنَّ الْمُحَرَّمَ هُوَ الإِْفْسَادُ دُونَ الْجِمَاعِ، وَلِهَذَا تَجِبُ عَلَيْهِ بِوَطْءِ مَنْكُوحَتِهِ وَمَمْلُوكَتِهِ إِذَا كَانَ بِالنَّهَارِ لِوُجُودِ الإِْفْسَادِ، لاَ بِاللَّيْل لِعَدَمِهِ، بِخِلاَفِ الْحَدِّ، أَلاَ تَرَى أَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ جَعَل عِلَّةً لَهَا بِقَوْلِهِ: مَنْ أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ. . . الْحَدِيثَ، فَبَطَل الْقَوْل بِتَعَلُّقِهَا بِالْجِمَاعِ.
وَلاَ نُسَلِّمُ أَنَّ شَهْوَةَ الْفَرْجِ أَشَدُّ هَيَجَانًا وَلاَ الصَّبْرَ عَنِ اقْتِضَائِهِ أَشَدُّ عَلَى الْمَرْءِ، بَل شَهْوَةُ الْبَطْنِ أَشَدُّ، وَهُوَ يُفْضِي إِلَى الْهَلاَكِ، وَلِهَذَا رَخَّصَ فِيهِ فِي الْمُحَرَّمَاتِ عِنْدَ الضَّرُورَةِ لِئَلاَّ يَهْلِكَ، بِخِلاَفِ الْفَرْجِ، وَلأَِنَّ الصَّوْمَ يُضْعِفُ شَهْوَةَ الْفَرْجِ، وَلِهَذَا أَمَرَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْعَزَبَ بِالصَّوْمِ وَالأَْكْل يُقَوِّي شَهْوَةَ الْبَطْنِ، فَكَانَ أَدْعَى إِلَى الزَّاجِرِ (١) .

الْقَوْل الثَّانِي: عَدَمُ وُجُوبِ الْكَفَّارَةِ بِتَعَمُّدِ الأَْكْل وَالشُّرْبِ وَنَحْوِهِمَا فِي نَهَارِ رَمَضَانَ.
وَإِلَيْهِ ذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ (٢) ، وَالْحَنَابِلَةُ (٣) ، وَبِهِ قَال سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ وَالنَّخَعِيُّ وَابْنُ سِيرِينَ وَحَمَّادٌ وَدَاوُدُ (٤) .
وَاسْتَدَلُّوا بِأَنَّ الأَْصْل عَدَمُ الْكَفَّارَةِ إِلاَّ فِيمَا وَرَدَ بِهِ الشَّرْعُ، وَقَدْ وَرَدَ الشَّرْعُ بِإِيجَابِ الْكَفَّارَةِ فِي الْجِمَاعِ، وَمَا سِوَاهُ لَيْسَ فِي مَعْنَاهُ، لأَِنَّ الْجِمَاعَ أَغْلَظُ،
 
الموسوعة الفقهية الكويتية  ج ٣٥ ص ٥٩ - ٦٠

Wallahu a'lam

Hukum hubungan suami istri (jimak) waktu siang hari pada bulan puasa

[6/12 23:45] Mujahidin: {1}PERTANYAAN :
Jika suami istri ber-jima di siang hari bulan romadhon maka siapakah yang diwajibkan qodho berikut kafaratnya ?? suwun.
JAWABAN :
PENDAPAT YANG PALING SHAHIH KEWAJIBAN KAFFARAT HANYA TERTENTU BUAT SUAMI. Sebenarnya terdapat tiga pendapat dalam masalah KAFFAARAT (denda pelanggaran) sebab persenggamaan di siang bulang ramadhan :
1.Kewajiban kaffaratnya khusus bagi suami (pendapat paling shahih).
2.Kewajiban kaffaratnya bagi suami untuk dirinya dan untuk istri (satu kaffarat untuk mereka berdua).
3.Masing-masing suami istri wajib mengeluarkan kaffaarat . Pendapat paling shahih adalah yang menyatakan ‘kewajiban kaffarat khusus bagi suami’ sebagai denda buatnya sendiri dan untuk istri tidak diwajibkan sesuatupun (kecuali qadha).
4.Kewajibannya bagi suami hanya saja dia wajib mengeluarkan dua kaffaarat dari hartanya, satu kaffarat untuk dirinya dan satu kaffarat untuk istrinya (ini pendapat ad-Daraamy dan lainnya).
Andaikan suami batalin puasa dulu pake makan dan minum terus menjimak istrinya, apakah masih ada kewjiban kaffarot Yaa ? Menurut Imam Maalik dan Hanafy wajib kaffaarat sedang menurut Imam Syafi’I dan Hanbaly tidak wajib.
[6/12 23:45] Mujahidin: {2}- al-Majmuu’ ‘alaa Syarh alMuhadzdzab VI/331-332 :
ويقول في الكفارة ثلاثة اقوال (اصحها) تجب علي الزوج خاصة (والثانى) تجب عليه عنه وعنها (والثالث) يلزم كل واحد منهما كفارة والاصح علي الجملة وجوب كفارة واحدة عليه خاصة عن نفسه فقط وانه لا شئ على المرأة ولا يلاقيها الوجوب وذكر الدارمي وغيره في المسألة أربعة اقوال هذه الثلاثة (والرابع) يجب علي الزوج في ماله كفارتان كفارة عنه وكفارة عنها
- Syarh al-Minhaj II/345 :
فلا تجب على موطوء لأن المخاطب بها في الخبر المذكور هو الفاعل ولا على نحو ناس من مكره وجاهل ومأمور بالإمساك لأن وطأه لا يفسد صوما ولا على من وطئ بلا عذر ثم جن أو مات في اليوم لأنه بان أنه لم يفسد صوم يوم و لا على مفسد غير صوم كصلاة أو صوم غيره ولو في رمضان كأن وطئ مسافر أو نحوه امرأته ففسد صومها أو صومه في غير رمضان كنذر وقضاء لأن النص ورد في صوم رمضان كما مر وهو مخصوص بفضائل لا يشركه فيها غيره أو مفسد له ولو في رمضان بغير وطء كأكل واستمناء لأن النص ورد في الوطء وما عداه ليس في معناه و لا على من ظن وقت الوطء ليلا أي بقاءه أو دخوله أو شك فيه فبان نهارا أو أكل ناسيا وظن أنه أفطر به ثم وطئ عامدا أو كان صبيا لسقوط الكفارة بالشبهة في الجميع ولعدم الإثم فيما عدا ظن دخول الليل بلا تحر أو الشك فيه و لا على مسافر وطئ زنا أو لم ينو ترخصا لأنه لم يأثم به للصوم بل للزنا أو للصوم مع عدم نية الترخص ولأن الإفطار مباح له فيصير شبهة في درء الكفارة وذكر الشك المفرع على قولي ولا شبهة من زيادتي    قوله ( أو أكل ناسيا وظن أنه أفطر به ) أما إذا علم أنه لا يفطر به ثم جامع في يومه فيفطر وتجب الكفارة شرح م ر
[6/12 23:45] Mujahidin: {3}- Al-Fiqh al-Islaam Wa adillatuh III/97 :
أن يفسد الصوم بالجماع وحده: فإن أكل ثم جامع، لا كفارة عليه، ولا كفارة بغير الجماع كالأكل والشرب والاستمناء باليد، والمباشرة فيما دون الفرج المفضية إلى الإنزال.
- AlMausuu’ah al-Fiqhiyyah 28/44 :

وَنَصَّ الْحَنَابِلَةُ عَلَى أَنَّهُ لَوْ جَامَعَ فِي يَوْمٍ رَأَى الْهِلاَل فِي لَيْلَتِهِ ، وَرُدَّتْ شَهَادَتُهُ لِفِسْقِهِ أَوْ غَيْرِهِ ، فَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَالْكَفَّارَةُ ، لأَِنَّهُ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ بِجِمَاعٍ ، فَلَزِمَتْهُ كَمَا لَوْ قُبِلَتْ شَهَادَتُهُ . وَإِذَا لَمْ يَعْلَمْ بِرُؤْيَةِ الْهِلاَل إِلاَّ بَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ ، أَوْ نَسِيَ النِّيَّةَ ، أَوْ أَكَل عَامِدًا ، ثُمَّ جَامَعَ تَجِبُ عَلَيْهِ الْكَفَّارَةُ ، لِهَتْكِهِ حُرْمَةَ الزَّمَنِ بِهِ ، وَلأَِنَّهَا تَجِبُ عَلَى الْمُسْتَدِيمِ لِلْوَطْءِ ، وَلاَ صَوْمَ هُنَاكَ ، فَكَذَا هُنَا (2.    (2) كشاف القناع 2 / 326 ، والروض المربع 1 / 142 .

Wallahu a'lam

Hukum jual beli online

Akad jual beli melalui alat elektronik (via online) hukumnya ditafshil sebagai berikut :

✔ Jika mabi’ (barang yang dijual) sudah dilihat dengan jelas oleh kedua belah pihak sebelum melakukan transaksi maka hukumnya sah.

✔ Jika mabi’ belum dilihat dengan jelas maka hukumnya tidak sah, *kecuali apabila mabi’ dijelaskan sifat dan jenisnya.*

📖 *إعانة الطالبين/٣ / ٩*
الثاني: التلفظ - بحيث يسمعه من بقربه عادة، وإن لم يسمعه المخاطب - ويتصور وجود القبول منه مع عدم سماعه، بما إذا بلغه السامع فقبل فورا، أو حمل الريح إليه لفظ الايجاب فقبل كذلك، أو قبل اتفاقا - كما في البجيرمي، نقلا عن سم - فلو لم يسمعه من بقربه لم يصح.

Yang kedua adalah melafadzkannya sekira didengar oleh orang didekatnya meskipun mukhothab tidak mendengarnya, dan dapat digambarkan adanya serah terima darinya meskipun tanpa mendengar suaranya dengan sesuatu yang dapat didengarkan oleh pendengar kemudian ia terima seketika atau suara ijabnya dibawa oleh angin kemudian juga ia terima seketika atau ia terima sesuai kesepakatan.
-----------

📖 *حاشية الجمل /٤ /٣٠١*
(قَوْلُهُ فَاعْتُبِرَ مَا يَدُلُّ عَلَيْهِ مِنْ اللَّفْظِ ) أَيْ أَوْ مَا فِي مَعْنَاهُ مِمَّا هُوَ عِبَارَةٌ عَنْهُ كَالْخَطِّ أَوْ قَائِمٍ مَقَامَهُ كَإِشَارَةِ الْأَخْرَسِ ا ه.

(Maka diperhitungkan apapun yang dapat menunjukkan pada lafadz/serah terima) artinya atau sesuatu yang sepadan pengertiannya dengan ucapan serah terima secara langsung seperti tulisan atau menduduki kedudukannya seperti isyaratnya orang bisu.
------------

📖 *شرح الياقوت النفيس/ ٢٢٢*
والعبرة في العقود لمعانيها لا لصور الألفاظ.... وعن البيع و الشراء بواسطة التليفون والتلكس والبرقيات, كل هذه الوسائل وأمثالها معتمدة اليوم وعليها العمل.

Yang dipertimbangkan dalam akad-akad adalah subtansinya bukan bentuk lafadznya, dan jual beli via telpon, teleks, telegram dan sejenisnya telah menjadi alternatif yang utama dan dipraktekkan.
------------

📖 *حواشي الشرواني/ ٤/ ٢٢١-٢٢٢*
(وينعقد ) البيع من غير السكران الذي لا يدري ; لأنه ليس من أهل النية على كلام يأتي فيه في الطلاق (بالكناية) مع النية ...والكتابة لا على مائع أو هواء كناية فينعقد بها مع النية ولو لحاضر فليقبل فورا عند علمه ويمتد خيارهما لانقضاء مجلس قبوله. ( قوله : والكتابة إلخ ) ومثلها خبر السلك المحدث في هذه الأزمنة فالعقد به كناية فيما يظهر.

Dan sah jual beli dari selain orang yang mabuk yang tidak mengerti sebab ia tidak termasuk orang yang sah niatnya seperti keterangan dalam bab Talak yang akan datang dengan sighat kinayah dengan disertai niat.... Menulis yang tidak pada zat cair dan udara termasuk kinayah, maka jual beli dengannya disertai niat hukumnya sah, meskipun bertransaksi dengan orang yang hadir dalam majlis akad, maka ia harus segera menerima akad tersebut ketika mengetahuinya dan khiyar bagi mereka berdua berlaku hingga bubarnya majlis penerimaan akad. (Keterangan Ibn Hajar “dan menulis....”) dan sama dengannya berita via teknologi kabel -telepon- yang dikembangkan dizaman sekarang ini, maka akad dengannya termasuk kinayah menurut kajian yang kuat.

Wallahu a'lam

Kenapa salam dalam sholat tidak wajib di jawab?

Jika ada orang yang shalat, dan dia mengucapkan salam, maka hukum menjawabnya TIDAK WAJIB.
وغير المأموم هل يجب عليه الرد أولا وعدم الوجوب أوجه شوبري أي وإن قصد الإعلام لأن المصلي غير متأهل للخطاب فيصرف للتحليل دون الأمان المقصود من السلام الواجب رده كما أفاده ع ش وغيره
Dan bagi selain makmum, apakah diwajibkan menjawab salam atau tidak ? Tidak diwajibkan dalam hal ini lebih kuat menurut Imam Syaubari meskipun orang yang shalat menyengaja salam untuknya, sebab orang yang shalat tidaklah tergolong ahli khithob yang salamnya wajib untuk dijawab. [ Hasyiyah al-Bujairomi I/224 ].

- Tuhfatul Habib :
تحفة الحبيب على شرح الخطيب (2/ 237)
( فينويه بمرة اليمين ) أي بشرط أن لا يقصد غير السلام فقط ، بأن يقصد السلام وحده أو يقصده مع الرد أو يطلق فالضرر في صورة واحدة وهي ما إذا قصد غير السلام وحده ع ش قوله : ( وينوي مأموم ) أي ندباً وغير المأموم هل يجب عليه الرد أو لا ؟ وعدم الوجوب أوجه
fokus :
وغير المأموم هل يجب عليه الرد أو لا ؟ وعدم الوجوب أوجه
Selain makmum apakah wajib membalas salam atau tidak ? dan tidak adanya wajib membalas itu adalah pendapat yang lebih mantap.

Wallahu a'lam

Zakt Onta

🌹 *ZAKAT UNTA* 🌹

‏( ﻓَﺼْﻞٌ ﻭَﺃَﻭَّﻝُ ﻧِﺼَﺎﺏِ ﺍﻟْﺈِﺑِﻞِ ﺧَﻤْﺲٌ : ﻭَﻓِﻴْﻬَﺎ ﺷَﺎﺓٌ ‏) ﺃَﻱْ ﺟَﺬْﻋَﺔُ ﺿَﺄْﻥٍ ﻟَﻬَﺎ ﺳَﻨَﺔٌ ﻭَﺩَﺧَﻠَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻴَﺔِ ﺃَﻭْ ﺛَﻨِﻴَﺔُ ﻣَﻌْﺰٍ ﻟَﻬَﺎ ﺳَﻨَﺘَﺎﻥِ ﻭَﺩَﺧَﻠَﺖْ ﻓِﻲْ ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺜَﺔِ

*Permulaan nishab unta adalah lima ekor* , dan dilam lima ekor unta tersebut *wajib mengeluarkan*

👉🏻 satu ekor kambing, maksudnya kambing
jadz’atu dla’nin yang telah berusia satu tahun dan menginjak usia dua tahun,

👉🏻 atau mengeluarkan kambing tsaniyatu ma’zin yang telah berusia dua tahun dan menginjak usia tiga tahun.

ﻭَﻗَﻮْﻟُﻪُ ‏( ﻭَﻓِﻲْ ﻋَﺸْﺮٍ ﺷَﺎﺗَّﺎﻥِ ﻭَﻓِﻲْ ﺧَﻤْﺴَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ﺛَﻠَﺎﺙُ ﺷِﻴَﺎﻩٍ ﻭَﻓِﻲْ ﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ ﺃَﺭْﺑَﻊُ ﺷِﻴَﺎﻩٍ ﻭَﻓِﻲْ ﺧَﻤْﺲٍ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ ﺑِﻨْﺖُ ﻣَﺨَﺎﺽٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺈِﺑِﻞِ ﻭَﻓِﻲْ ﺳِﺖٍّ ﻭَﺛَﻠَﺎﺛِﻴْﻦَ ﺑِﻨْﺖُ ﻟَﺒُﻮْﻥٍ ﻭَﻓِﻲْ ﺳِﺖٍّ ﻭَ ﺃَﺭْﺑَﻌِﻴْﻦَ ﺣِﻘَّﺔٌ ﻭَﻓِﻲْ ﺇِﺣْﺪَﻯ ﻭَﺳِﺘِّﻴْﻦَ ﺟَﺬْﻋَﺔٌ ﻭَﻓِﻲْ ﺳِﺖٍّ ﻭَﺳَﺒْﻌِﻴْﻦَ ﺑِﻨْﺘَﺎﻟَﺒُﻮْﻥٍ ﻭِﻓِﻲْ ﺇِﺣْﺪَﻯ ﻭَ ﺗِﺴْﻌِﻴْﻦَ ﺣِﻘَّﺘَﺎﻥِ ﻭَﻓِﻲْ ﻣِﺎﺋَﺔٍ ﻭَﺇِﺣْﺪَﻯ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ ﺛَﻠَﺎﺙُ ﺑَﻨَﺎﺕِ ﻟَﺒُﻮْﻥٍ ‏) ﺇِﻟَﺦ ﻇَﺎﻫِﺮٌ ﻏَﻨِﻲٌّ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺸَّﺮْﺡِ

Perkataan mushannif (Syekh Abu Syuja');

1. Di dalam *sepuluh ekor onta* wajib mengeluarkan dua kambing.

2. Di dalam *lima belas ekor onta* wajib mengeluarkan tiga ekor kambing.

3. Di dalam *dua puluh ekor onta* wajib mengeluarkan empat ekor kambing.

4. Di dalam *dua puluh lima ekor onta* wajib mengeluarkan satu ekor onta bintu makhadl.

5. Di dalam *tiga puluh enam ekor onta* wajib mengeluarkan satu ekor bintu labun .

6. Di dalam *empat puluh enam ekor onta* wajib mengeluarkan satu ekor onta hiqqah.

7. Di dalam *enam puluh satu ekor onta* wajib mengeluarkan satu ekor onta jadz’ah .

8. Di dalam *tujuh puluh enam ekor onta* wajib mengeluarkan dua ekor onta bintu labun.

9. Di dalam *sembilan puluh satu ekor onta* wajib mengeluarkan dua ekor onta hiqqah. Dan,

10. Di dalam *seratus dua puluh satu ekor onta* wajib mengeluarkan tiga ekor onta bintu labun ”.
dan seterusnya, dawuh tersebut sudahlah sangat jelas dan tidak butuh untuk disyarahi / dijelaskan lagi menurut mbah Qoshim al ghozi.

🌹 *Jenis2 Onta* 🌹

ﻭَﺑِﻨْﺖُ ﺍﻟْﻤَﺨَﺎﺽِ ﻟَﻬَﺎ ﺳَﻨَﺔٌ ﻭَﺩَﺧَﻠَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻴَﺔِ

*Bintu makhadl adalah onta yang berusia satu tahun dan menginjak usia dua tahun.*

ﻭَﺑِﻨْﺖُ ﻟَﺒُﻮْﻥٍ ﻟَﻬَﺎ ﺳَﻨَﺘَﺎﻥِ ﻭَﺩَﺧَﻠَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺜَﺔِ

*Bintu labun adalah onta berusia dua tahun dan menginjak usia tiga tahun.*

ﻭَﺍﻟْﺤِﻘَّﺔُ ﻟَﻬَﺎ ﺛَﻠَﺎﺙُ ﺳِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺩَﺧَﻠَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﺍﺑِﻌَﺔِ

*Hiqqah adalah onta berusia tiga tahun dan menginjak usia empat tahun.*

ﻭَﺍﻟْﺠَﺬْﻋَﺔُ ﻟَﻬَﺎ ﺃَﺭْﺑَﻊُ ﺳِﻨِﻴْﻦَ ﻭَﺩَﺧَﻠَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨَﺎﻣِﺴَﺔِ

*Jadz'ah adalah onta berusia empat tahun dan menginjak usia lima tahun.*

ﻭَﻗَﻮْﻟُﻪُ ‏( ﺛُﻢَّ ﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ‏) ﺃَﻱْ ﺛُﻢَّ ﺑَﻌْﺪَ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓِ ﺍﻟﺘِّﺴْﻊِ ﻋَﻠَﻰ ﻣِﺎﺋَﺔٍ ﻭَﺇِﺣْﺪَﻯ ﻭَﻋِﺸْﺮِﻳْﻦَ ﻭَﺯِﻳَﺎﺩَﺓِ ﻋَﺸْﺮٍ ﺑَﻌْﺪَ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓِ ﺍﻟﺘِّﺴْﻊِ ﻭَﺟُﻤْﻠَﺔُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﺎﺋَﺔٌ ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌُﻮْﻥَ ﻳَﺴْﺘَﻘِﻴْﻢُ ﺍﻟْﺤِﺴَﺎﺏُ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻥَّ ﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ‏( ﺃَﺭْﺑَﻌِﻴْﻦَ ﺑِﻨْﺖَ ﻟَﺒُﻮْﻥٍ ﻭَﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ﺧَﻤْﺴِﻴْﻦَ ﺣِﻘَّﺔً ‏)

Dan perkataan mushannif matan melanjutkan dawuh beliau;
“ *kemudian di dalam setiap empat puluh ekor onta* wajib mengeluarkan satu ekor onta bintu labun. dan *setiap lima puluh ekor onta* wajib mengeluarkan satu onta hiqqah”,
_*maksudnya adalah*_
Setelah unta bertambah sembilan ekor dari jumlah seratus dua puluh satu, dan setelah sembilah ekor tersebut bertambah sepuluh ekor onta lagi sehingga jumlahnya menjadi seratus empat puluh ekor onta, *maka hitungannya menjadi pasti,* yaitu setiap hitungan empat puluh ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta bintu labun , dan setiap hitungan lima puluh ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta hiqqah .

ﻓَﻔِﻲْ ﻣِﺎﺋَﺔٍ ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌِﻴْﻦَ ﺣِﻘَّﺘَﺎﻥِ ﻭَﺑِﻨْﺖُ ﻟَﺒُﻮْﻥٍ ﻭَﻓِﻲْ ﻣِﺎﺋَﺔٍ ﻭَﺧَﻤْﺴِﻴْﻦَ ﺛَﻠَﺎﺙُ ﺣِﻘَﺎﻕٍ ﻭَﻫَﻜَﺬَﺍ ‏)... 

Maka di dalam *seratus empat puluh ekor onta* wajib mengeluarkan dua ekor onta hiqqah dan satu ekor onta bintu labun. dan di dalam *seratus lima puluh ekor onta* wajib mengeluarkan tiga ekor onta hiqqah. Dan begitu seterusnya...
Wallohu a'lamu bisshowab

Selasa, 5 Disember 2017

INDONESIA DI MALAYSIA

INDONESIA DI MALAYSIA

Kota Belud adalah salah satu nama pekan (Kota) yang ada di Sabah Malaysia. Dahulu aku pernah berpikir dan ber angan-angan  bahwa hidup di luar negeri (Malaysia) itu enak, disana pasti bangunanya bagus-bagus dan juga kehidupan masyarakatnya sangat maju. Tapi ketika saya sampai sana kenyataan berkata lain hidup di Negara tetangga (Malaysia) ternyata tidak mudah.
Akhir tahun 2013 saya menginjakkan kaki di sabah (Malaysia) tepatnya 21 September 2013. Tawau adalah Bandar (kota besar) pertama yg aq pijak setelah sampai di Malaysia, disini saya hanya singgah saja karna tujuan utama saya tidak di Tawau tapi di Kota belud. Kota belud adalah salah satu pekan (kota kecil)  yang terletak di pesisir pantai barat sabah dan jarak  tempuh perjalanan yang mencapai 8-9 jam perjalanan darat yang sangat melelahkan. Di Kota Belud ini saya mulai memahami tentang perbedaan budaya yang sangat nyata, mulai dari adat orang kahwin (nikah), adat orang meninggal, perayaan hari besar, dan masih banyak lagi.
Setelah sampai Kota Belud saya merasa bahagia karna selamat sampai tujuan. Tapi masalah mulai muncul ketika mulai mengurus passport. Saya pernah berpikir setelah membuat paspor di jawa (ouh iya , lupa bagi tau kalau saya ini berasal dari jawa, tepatnya Grobogan, Jawa Tengah) ok kita lanjutkan kembali. Ternyata pengurusan passport lebih rumit. Dalam pengurusan jaminan passport saya di bantu abang ipar saya Ustd. Junaidi Rakno, disini saya menggunakan jaminan passport menjadi pengajar agama Islam di Surau al-amiin tepatnya di Kg. Pirasan Kota belud.
Dalam pengurusan jaminan ini saya harus ada tauliah dari Mufti sabah, sebelum membawanya ke Imigresen untuk mendapat jaminan. Dalam mendapat kan tauliah ini prosesnya yang lama hampir 2 bulan lebih, karna harus menunggu Temu Duga dengan pejabat Mufti Sabah. Sebelum kelulusan Tauliah saya harus balik ke Indonesia karna sudah 2 kali SP. Peraturan imigresen Malaysia bagi yang sudah mendapatkan 2 SP harus pulang ke Indonesia. Akhirnya saya pulang ke Indonesia tetapi tidak pulang ke jawa karna terlalu jauh jadi saya ke Nunukan pulau Indonesia yang terdekat dengan Malaysia. Selama di Nunukan saya merasa pingin pulang ke jawa saja dan tidak balik ke Indonesia karna susahnya dalam mendapatkan jaminan, tapi saya bertahan. Setelah satu minngu saya balik ke Malaysia, beberapa minggu kemudian akhirnya Tauliah Dari pejabat Mufti sabah keluar dan bias di bawa ke imigresen Malaysia, setelah sampai imigresen saya Disuruh pergi ke Brunai untuk mengambil VDR (lupa aku kepanjanganya hehehehe…). Setelah dapat VDR akhirnya jaminan saya keluar.
Setelah urusan passport selesai saya  mulai melakukan rutinitas saya sebagai guru mengaji di Surau Al-amin. Disurau Al-Amin ini saya mengajar anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak dan juga kakek dan nenek2 juga, dan semuanya adalah warga Negara Malaysia. Dan disinilah saya merasakan susahnya mengajar orang-orang Tua karna lidah yang sudah keras dan juga karna factor bahasa bajau(bahasa daerah). Sehingga susah dalam mengucapkan makhorijul khuruf dalam al-qur’an. Makhorijul khuruf sangat penting dalam belajar Al-Qur’an, karna kalau salah dalam melafadzkan khuruy dalam Al-Qur’an maka akan merubah makna dalam Al-Qur,an.
Dengan mengajar dan bergaul dengan orang-orang Malaysia saya mulai mengetahui tentang adat-adat dan kebiasaan orang Malaysia, walaupun tidak semuanya. Seperti ketika ada orang meninggal, di daerah sini orang yang meninggal kuburnya harus dijaga selama 7 hari 7 malam, di rumah orang yang meninggal pun juga ada acara berjaga selama 7 malam (sesuai dengan permintaan tuan rumah), dalam acara berjaga dirumah biasanya setelah magrib ada acara baca yaasiiin dan tahlil, sedangkan stelah isya’ orang2 biasanya hanya berbual, bermain karambol bahkan sampai main daun (kartu) dan yang main mulai dari anak2 sampai kakek2 dan nenek2. Inilah yang membuat saya sangat terkejut dengan adat mereka. Dalam keadaan berduka cita mereka malah bersenda gurau dan bermain, seakan-akan mereka tidak ikut merasa berduka.
selain mengajar di surau saya juga mengajar di sekolah agama rakyat (SAR) swasta. Disini yang diajar semuanya anak-anak Malaysia umur 7-12 tahun. Saya mengajar disekolah ini dari jam 14.00-17.00. sedangkan kalau pagi anak-anak belajar di Sekolah Kebangsaan (SK). SK disini jadwal belajarnya sangat padat, karna anak-anak belajar dari jam 07.00 hingga jam 13.30 dan setelah dari SK mereka lanjut belajar di sekolah agama negeri (SAN) atau sekolah agama rakyat (SAR). Bahkan anak-anakn yang jauh dari sekolah mereka langsung sambung ke sekolah agama tanpa pulang kerumah terlebih dahulu.
Ada pengalam yang saya selalu ingat ketika ketika mengajar di sekolah SAR. Pada suatu waktu saya menyuruh anak murid q untuk menghafal bacaan sholat, karna ketika suruh menghafal selalu tidak hafal, akhirnya saya agak jengkel juga. Kemudian saya tanya kepada anak itu, anak itu kelas 4, “ kamu kalau dirumah sholat apa tidak?” tanyaku, anak itu menjawab: “tidak ustadz”, “kenapa?”, “ tak pandai ustadz”, “kenapa tidak minta ajar mamak?” tanyaku lagi, anak itu menjawab, “ mamak ku pun takn pandai ustadz”. Hadeehhhhh (dalam hati)
Dikawasan tempat saya mengajar ini masih banyak orang Malaysia kurang peduli dengan pendidikan, terutama pendidikan agama. Di Malaysia ini sekolah akademik maupun sekolah agama gratis, tapi banyak dari mereka tidak mau bersekolah. Para orang tua mereka seakan-akan  tidak peduli dengan anaknya, anaknya mau ngapain mereka kasih biar saja, jadi dalam hal tata karma/ sopan santun mereka amat sangat kurang, karna dari orang tua mereka tidak mmengajari mereka bersopan santun.
Di kawasan Kota Belud ini perjudian masih sangaat kuat, mulai dari judi illegal sampai judi yang legal. Di pekan kota belud judi nomor (TOGEL) yang legal ada beberapa tempat dan kalau waktu pembelian togel mereka selalu antri macam antri tiket kalau mau nonton bioskop. Saya tau bukan karna saya ikut beli nomor togel hehehheehe, tapi karna setiap hari lewat di depan penjualan no tersebut. Ada juga penjual no keliling. Belum lagi judi yang illegal seperti sambung ayam, setiap ada orang kawin malamnya pasti ada orang judi, mereka cuma penerangan lilin di dalam kegelapan dan yang mengelilinga sangat banyak.
Ketika ada orang kahwin disini adatnya kalau malam ada adat yang dinamakan majlis berinai/mandi badak/ mandi bedak, dalam acara tersebut biasanya diadakan pembacaan maulid nabi ketika masuk waktu mahalul qiyam si mempelai di olesin bedak kemukanya oleh para keluarga dan juga di sertakan do’a. disini kasih bedaknya hanya sedikit bukan seperti memberi make up, bedaknya biasanya hanya sak ndulit (bahasa Indonesianya sak ndulit aku tidak tau, heheheh). Di dalam rumah baca maulid nabi di sekitar rumah orang-orang berjudi itulah yang terjadi disini setiap ada acara orang kahwin (nikah).
Disini adat kenduri (slametan) sangat kuat hampir setiap minggu saya selalu dapat undangan kenduri, dan yang aneh disini ketika kenduri yang baca yasin tidak semua undangan, kadang yang baca yaasiin dan tahlil hanya 3 orang, tapi ketika bacaan do’a selesai orang yang menunggu diluar untuk makan buanyak. Mereka tidak masuk ikut berdo,a karna mereka tidak bisa baca Al-qur’an, disini banyak orang yang tidak pandai membaca Al-qur’an, kadang sudah ada guru-guru mengaji tapi mereka tidak mau belajar, itulah masalahnya kadang saya pun merasa heran tapi ndak bisa berbuat banyak.
Selain mengajar disurau dan juga di SAR saya juga mengajar di CLC Kota Belud, kalau di suaru dan di SAR yang saya ajar adalah orang Malaysia, kalau di CLC Kota belud yang saya ajar adalah anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia, karna sekolah ini khusus anak-anak Indonesia, kenapa sekolah ini hanya khusus anak-anak Indonesia? Karna anak-anak Indonesia yang berada di Malaysia, tidak bisa bisa masuk sekolah Malaysia. Karna anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia mereka tidak ada passport.
Anak-anak yang saya ajar disini kebanyakan anak-anak Indonesia yang orang tuanya sudah di Malaysia puluhan tahun, dan anak-anak ini lahir di Malaysia, bahkan ada anak yang belum pernah sama sekali menginjakkan kakinya ke Indonesia. Karna orang tuanya pun belum pernah mengajak anaknya untuk pulang ke Indonesia.
Jangan menganggap orang-orang tua mereka disini sebagai orang sukses, orang tua mereka di sini puluhan tahun tapi mereka belum bisa di bilang sukses, kalau mereka sukses tentu anak-anak mereka sudah di sekolahkan di Indonesia, banyak orang tua dari mereka ini yang tiada dokumen (passport), kalau orang tuanya  ada dokumen anaknya pun tiada dokumen, kalau ada oprasi dari polis dan juga imigresen mereka akan lari, ada yang lari kehutan, ada yang lari ke desa sebelaah dan lain-lain, yang penting bagi mereka tidak kena tangkap polis atau imigresen dan tidak masuk rumah merah.
Kalau waktu sering ada operasi polisi dan imigresen sekolah akan sepi, karna anak-anak ikut sama orang tuanya pergi untuk bertapuk (sembunyi) sampai suasana lumayan membaik mereka baru krluar dari persembunyianya dan kembali untuk bersekolah.
Menyangkut dokumen, anak-anak disini pun banyak yang tidak punya surat lahir, mereka tidak punya surat lahir karna bapak dan ibunya menikah tidak mengikuti peraturan Negara, mereka biasanya kahwin kampung (mungkin dalam islam boleh disebut Nikah sirri), kalau sudah kayak begini kadang gurunya pun ikut bingung soalnya ketika mau mengikut ujian di perlukan surat lahir, dan disinilah guru yang harus kerja keras membuatkan surat lahir di Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI).
Disini yang saya ajar bukan hanyanya anak-anak yang beragama Islam, tapi banyak juga yang beragama Katolik, kalau agama Islam saya bisa mengajar tapi kalau yang beragama Katolik itu yang susah, biasanya saya hanya menyuruh membaca buku pelajaran agama katolik saja, karna saya pun tidak bisa menjelaskanya, Dan Alhamdulillah orang tua mereka mau memahami akan hal itu, dan saya berpesan kepada orang tuanya agar untuk pelajaran agama Katolik agar di bimbing orang tuanya masing-masing.
Disini kami belajar sambil ketajutan, karna kami di Negara orang, dan murid-murid kami tidak ada dokumen, dan sekolah kami pun belum dapat izin resmi dari kementrian pendidikan Malaysia, yang ada hanya izin dari KJRI, jadi kalau ada masalah biasanya kami minta bantuan dari KJRI, kami sekolah tidak berani memakai sragam, karna kami takut kalau pakai sragam akan kelihatan mencolok dan membuat orang tempatan tidak suka sama kita.
Alhamdulillah selama saya mengajar di CLC Kota Belud, belum ada masalah yang begitu besar dengan sekolah kami dan murid-murid kami, bangunan sekolah kami disini menyewa pada orang tempatan, dan bangunan sekolah kami hanya berupa rumah papan saja, kalu dilihat dari luar tidak seperti sekolah, tapi seperti bangunan rumah biasa.
Bagi kalian yang di beri kemudahan untuk belajar maka belajarlah dengan sungguh-sungguh, jangan sampai kalah semangat belajar dengan kami yang belajar sambil ketakutan di tangkap polis. NKRI harga mati, kami berjuang untuk Indonesia, walaupun kami sekarang tidak tinggal di Indonesia.