Selasa, 12 Disember 2017

Peringatan isro' mi'roj

PERISTIWA ISRA' DAN MI'RAJ BUKAN MENUNJUKKAN BAHWA ALLAH ADA DI SUATU TEMPAT

Maksud dari _Mi'raj_ bukanlah berarti Rasulullah mencapai suatu tempat di mana Allah berada di tempat tersebut. Dan barangsiapa meyakini bahwasanya Rasulullah mencapai suatu tempat di mana Allah berada di tempat tersebut, maka hukumnya adalah keluar dari agama Islam.

Adapun maksud dari peristiwa _Mi'raj_ tidak lain adalah untuk memuliakan Rasulullah _shallallahu 'alaihi wasallam_ dengan diperlihatkan kepadanya keajaiban-keajaiban yang ada di _'alam 'ulwi_ (alam atas), serta untuk mengagungkan kedudukannya dan juga beliau melihat Dzat Allah yang maha suci dengan hatinya tanpa adanya Allah berada di suatu tempat. Melainkan tempat berlaku bagi Rasulullah. Sebagaimana hal ini difirmankan Allah ta'ala :

( ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﺳْﺮَﻯ ﺑِﻌَﺒْﺪِﻩِ ﻟَﻴْﻼ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻷﻗْﺼَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﺎﺭَﻛْﻨَﺎ ﺣَﻮْﻟَﻪُ ﻟِﻨُﺮِﻳَﻪُ ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺗِﻨَﺎ )

[Surat Al-Isra' : 1]

Maknanya : "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari _Al-Masjid Al-haram_ ke _Al-Masjid Al-aqsa_ yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami.

Maka maksud dari peristiwa _Isra'_ dan _Mi'raj_ adalah untuk memperlihatkan Nabi Muhammad sebagian dari tanda-tanda kekuasan Allah. Bukan berarti bahwa Rasulullah mencapai suatu tempat di mana Allah berada di tempat tersebut.

Sedangkan firman Allah :

(ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ * فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ)

[Surat An-Najm 8-9]

Maknanya : "Kemudian _Jibril_ mendekat, kemudian bertambah dekat lagi. Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi".

Oleh karena itu yang dimaksud dengan ayat ini adalah Jibril _'alaihissalam,_ di mana Rasulullah pernah melihatnya di _Makkah_ di sebuah tempat yang bernama _Ajyaad,_ dan malaikat Jibril memiliki enam ratus sayap, bentuk malikat Jibril yang begitu besar menutupi antara ufuk timur dan ufuk barat. Sebagaimana Rasulullah pernah melihat Jibril pada waktu yang lain di dekat _Sidratul Muntaha,_ Allah ta’ala berfirman :

(وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ * عِنْدَ سِدْرَةِ المنتهى)

[Surat An-Najm 13-14]

Maknanya: "Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat _Jibril_ itu (dengan rupanya yang asli) pada waktu lain. (yaitu) di dekat _Sidratul Muntaha_".

Maka ayat di atas bukanlah berarti bahwasanya Allah mendekat kepada Nabi Muhamad, dengan jarak yang begitu dekat. Karena menisbatkan jarak antara Allah dengan makhluk-Nya berarti telah menisbatkan tempat bagi Allah subhanahu wa ta'ala. Dan hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran _Ahli Sunnah Wal Jam'ah_ yang mengajarkan kita bahwasanya Allah ada tanpa membutuhkan tempat dan arah.




_*( Abu 'Abdillah Ibnu Zubaidy Al-Bathy )*_

Wallahu a'lam

Tiada ulasan:

Catat Ulasan