Selasa, 5 Disember 2017

INDONESIA DI MALAYSIA

INDONESIA DI MALAYSIA

Kota Belud adalah salah satu nama pekan (Kota) yang ada di Sabah Malaysia. Dahulu aku pernah berpikir dan ber angan-angan  bahwa hidup di luar negeri (Malaysia) itu enak, disana pasti bangunanya bagus-bagus dan juga kehidupan masyarakatnya sangat maju. Tapi ketika saya sampai sana kenyataan berkata lain hidup di Negara tetangga (Malaysia) ternyata tidak mudah.
Akhir tahun 2013 saya menginjakkan kaki di sabah (Malaysia) tepatnya 21 September 2013. Tawau adalah Bandar (kota besar) pertama yg aq pijak setelah sampai di Malaysia, disini saya hanya singgah saja karna tujuan utama saya tidak di Tawau tapi di Kota belud. Kota belud adalah salah satu pekan (kota kecil)  yang terletak di pesisir pantai barat sabah dan jarak  tempuh perjalanan yang mencapai 8-9 jam perjalanan darat yang sangat melelahkan. Di Kota Belud ini saya mulai memahami tentang perbedaan budaya yang sangat nyata, mulai dari adat orang kahwin (nikah), adat orang meninggal, perayaan hari besar, dan masih banyak lagi.
Setelah sampai Kota Belud saya merasa bahagia karna selamat sampai tujuan. Tapi masalah mulai muncul ketika mulai mengurus passport. Saya pernah berpikir setelah membuat paspor di jawa (ouh iya , lupa bagi tau kalau saya ini berasal dari jawa, tepatnya Grobogan, Jawa Tengah) ok kita lanjutkan kembali. Ternyata pengurusan passport lebih rumit. Dalam pengurusan jaminan passport saya di bantu abang ipar saya Ustd. Junaidi Rakno, disini saya menggunakan jaminan passport menjadi pengajar agama Islam di Surau al-amiin tepatnya di Kg. Pirasan Kota belud.
Dalam pengurusan jaminan ini saya harus ada tauliah dari Mufti sabah, sebelum membawanya ke Imigresen untuk mendapat jaminan. Dalam mendapat kan tauliah ini prosesnya yang lama hampir 2 bulan lebih, karna harus menunggu Temu Duga dengan pejabat Mufti Sabah. Sebelum kelulusan Tauliah saya harus balik ke Indonesia karna sudah 2 kali SP. Peraturan imigresen Malaysia bagi yang sudah mendapatkan 2 SP harus pulang ke Indonesia. Akhirnya saya pulang ke Indonesia tetapi tidak pulang ke jawa karna terlalu jauh jadi saya ke Nunukan pulau Indonesia yang terdekat dengan Malaysia. Selama di Nunukan saya merasa pingin pulang ke jawa saja dan tidak balik ke Indonesia karna susahnya dalam mendapatkan jaminan, tapi saya bertahan. Setelah satu minngu saya balik ke Malaysia, beberapa minggu kemudian akhirnya Tauliah Dari pejabat Mufti sabah keluar dan bias di bawa ke imigresen Malaysia, setelah sampai imigresen saya Disuruh pergi ke Brunai untuk mengambil VDR (lupa aku kepanjanganya hehehehe…). Setelah dapat VDR akhirnya jaminan saya keluar.
Setelah urusan passport selesai saya  mulai melakukan rutinitas saya sebagai guru mengaji di Surau Al-amin. Disurau Al-Amin ini saya mengajar anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak dan juga kakek dan nenek2 juga, dan semuanya adalah warga Negara Malaysia. Dan disinilah saya merasakan susahnya mengajar orang-orang Tua karna lidah yang sudah keras dan juga karna factor bahasa bajau(bahasa daerah). Sehingga susah dalam mengucapkan makhorijul khuruf dalam al-qur’an. Makhorijul khuruf sangat penting dalam belajar Al-Qur’an, karna kalau salah dalam melafadzkan khuruy dalam Al-Qur’an maka akan merubah makna dalam Al-Qur,an.
Dengan mengajar dan bergaul dengan orang-orang Malaysia saya mulai mengetahui tentang adat-adat dan kebiasaan orang Malaysia, walaupun tidak semuanya. Seperti ketika ada orang meninggal, di daerah sini orang yang meninggal kuburnya harus dijaga selama 7 hari 7 malam, di rumah orang yang meninggal pun juga ada acara berjaga selama 7 malam (sesuai dengan permintaan tuan rumah), dalam acara berjaga dirumah biasanya setelah magrib ada acara baca yaasiiin dan tahlil, sedangkan stelah isya’ orang2 biasanya hanya berbual, bermain karambol bahkan sampai main daun (kartu) dan yang main mulai dari anak2 sampai kakek2 dan nenek2. Inilah yang membuat saya sangat terkejut dengan adat mereka. Dalam keadaan berduka cita mereka malah bersenda gurau dan bermain, seakan-akan mereka tidak ikut merasa berduka.
selain mengajar di surau saya juga mengajar di sekolah agama rakyat (SAR) swasta. Disini yang diajar semuanya anak-anak Malaysia umur 7-12 tahun. Saya mengajar disekolah ini dari jam 14.00-17.00. sedangkan kalau pagi anak-anak belajar di Sekolah Kebangsaan (SK). SK disini jadwal belajarnya sangat padat, karna anak-anak belajar dari jam 07.00 hingga jam 13.30 dan setelah dari SK mereka lanjut belajar di sekolah agama negeri (SAN) atau sekolah agama rakyat (SAR). Bahkan anak-anakn yang jauh dari sekolah mereka langsung sambung ke sekolah agama tanpa pulang kerumah terlebih dahulu.
Ada pengalam yang saya selalu ingat ketika ketika mengajar di sekolah SAR. Pada suatu waktu saya menyuruh anak murid q untuk menghafal bacaan sholat, karna ketika suruh menghafal selalu tidak hafal, akhirnya saya agak jengkel juga. Kemudian saya tanya kepada anak itu, anak itu kelas 4, “ kamu kalau dirumah sholat apa tidak?” tanyaku, anak itu menjawab: “tidak ustadz”, “kenapa?”, “ tak pandai ustadz”, “kenapa tidak minta ajar mamak?” tanyaku lagi, anak itu menjawab, “ mamak ku pun takn pandai ustadz”. Hadeehhhhh (dalam hati)
Dikawasan tempat saya mengajar ini masih banyak orang Malaysia kurang peduli dengan pendidikan, terutama pendidikan agama. Di Malaysia ini sekolah akademik maupun sekolah agama gratis, tapi banyak dari mereka tidak mau bersekolah. Para orang tua mereka seakan-akan  tidak peduli dengan anaknya, anaknya mau ngapain mereka kasih biar saja, jadi dalam hal tata karma/ sopan santun mereka amat sangat kurang, karna dari orang tua mereka tidak mmengajari mereka bersopan santun.
Di kawasan Kota Belud ini perjudian masih sangaat kuat, mulai dari judi illegal sampai judi yang legal. Di pekan kota belud judi nomor (TOGEL) yang legal ada beberapa tempat dan kalau waktu pembelian togel mereka selalu antri macam antri tiket kalau mau nonton bioskop. Saya tau bukan karna saya ikut beli nomor togel hehehheehe, tapi karna setiap hari lewat di depan penjualan no tersebut. Ada juga penjual no keliling. Belum lagi judi yang illegal seperti sambung ayam, setiap ada orang kawin malamnya pasti ada orang judi, mereka cuma penerangan lilin di dalam kegelapan dan yang mengelilinga sangat banyak.
Ketika ada orang kahwin disini adatnya kalau malam ada adat yang dinamakan majlis berinai/mandi badak/ mandi bedak, dalam acara tersebut biasanya diadakan pembacaan maulid nabi ketika masuk waktu mahalul qiyam si mempelai di olesin bedak kemukanya oleh para keluarga dan juga di sertakan do’a. disini kasih bedaknya hanya sedikit bukan seperti memberi make up, bedaknya biasanya hanya sak ndulit (bahasa Indonesianya sak ndulit aku tidak tau, heheheh). Di dalam rumah baca maulid nabi di sekitar rumah orang-orang berjudi itulah yang terjadi disini setiap ada acara orang kahwin (nikah).
Disini adat kenduri (slametan) sangat kuat hampir setiap minggu saya selalu dapat undangan kenduri, dan yang aneh disini ketika kenduri yang baca yasin tidak semua undangan, kadang yang baca yaasiin dan tahlil hanya 3 orang, tapi ketika bacaan do’a selesai orang yang menunggu diluar untuk makan buanyak. Mereka tidak masuk ikut berdo,a karna mereka tidak bisa baca Al-qur’an, disini banyak orang yang tidak pandai membaca Al-qur’an, kadang sudah ada guru-guru mengaji tapi mereka tidak mau belajar, itulah masalahnya kadang saya pun merasa heran tapi ndak bisa berbuat banyak.
Selain mengajar disurau dan juga di SAR saya juga mengajar di CLC Kota Belud, kalau di suaru dan di SAR yang saya ajar adalah orang Malaysia, kalau di CLC Kota belud yang saya ajar adalah anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia, karna sekolah ini khusus anak-anak Indonesia, kenapa sekolah ini hanya khusus anak-anak Indonesia? Karna anak-anak Indonesia yang berada di Malaysia, tidak bisa bisa masuk sekolah Malaysia. Karna anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia mereka tidak ada passport.
Anak-anak yang saya ajar disini kebanyakan anak-anak Indonesia yang orang tuanya sudah di Malaysia puluhan tahun, dan anak-anak ini lahir di Malaysia, bahkan ada anak yang belum pernah sama sekali menginjakkan kakinya ke Indonesia. Karna orang tuanya pun belum pernah mengajak anaknya untuk pulang ke Indonesia.
Jangan menganggap orang-orang tua mereka disini sebagai orang sukses, orang tua mereka di sini puluhan tahun tapi mereka belum bisa di bilang sukses, kalau mereka sukses tentu anak-anak mereka sudah di sekolahkan di Indonesia, banyak orang tua dari mereka ini yang tiada dokumen (passport), kalau orang tuanya  ada dokumen anaknya pun tiada dokumen, kalau ada oprasi dari polis dan juga imigresen mereka akan lari, ada yang lari kehutan, ada yang lari ke desa sebelaah dan lain-lain, yang penting bagi mereka tidak kena tangkap polis atau imigresen dan tidak masuk rumah merah.
Kalau waktu sering ada operasi polisi dan imigresen sekolah akan sepi, karna anak-anak ikut sama orang tuanya pergi untuk bertapuk (sembunyi) sampai suasana lumayan membaik mereka baru krluar dari persembunyianya dan kembali untuk bersekolah.
Menyangkut dokumen, anak-anak disini pun banyak yang tidak punya surat lahir, mereka tidak punya surat lahir karna bapak dan ibunya menikah tidak mengikuti peraturan Negara, mereka biasanya kahwin kampung (mungkin dalam islam boleh disebut Nikah sirri), kalau sudah kayak begini kadang gurunya pun ikut bingung soalnya ketika mau mengikut ujian di perlukan surat lahir, dan disinilah guru yang harus kerja keras membuatkan surat lahir di Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI).
Disini yang saya ajar bukan hanyanya anak-anak yang beragama Islam, tapi banyak juga yang beragama Katolik, kalau agama Islam saya bisa mengajar tapi kalau yang beragama Katolik itu yang susah, biasanya saya hanya menyuruh membaca buku pelajaran agama katolik saja, karna saya pun tidak bisa menjelaskanya, Dan Alhamdulillah orang tua mereka mau memahami akan hal itu, dan saya berpesan kepada orang tuanya agar untuk pelajaran agama Katolik agar di bimbing orang tuanya masing-masing.
Disini kami belajar sambil ketajutan, karna kami di Negara orang, dan murid-murid kami tidak ada dokumen, dan sekolah kami pun belum dapat izin resmi dari kementrian pendidikan Malaysia, yang ada hanya izin dari KJRI, jadi kalau ada masalah biasanya kami minta bantuan dari KJRI, kami sekolah tidak berani memakai sragam, karna kami takut kalau pakai sragam akan kelihatan mencolok dan membuat orang tempatan tidak suka sama kita.
Alhamdulillah selama saya mengajar di CLC Kota Belud, belum ada masalah yang begitu besar dengan sekolah kami dan murid-murid kami, bangunan sekolah kami disini menyewa pada orang tempatan, dan bangunan sekolah kami hanya berupa rumah papan saja, kalu dilihat dari luar tidak seperti sekolah, tapi seperti bangunan rumah biasa.
Bagi kalian yang di beri kemudahan untuk belajar maka belajarlah dengan sungguh-sungguh, jangan sampai kalah semangat belajar dengan kami yang belajar sambil ketakutan di tangkap polis. NKRI harga mati, kami berjuang untuk Indonesia, walaupun kami sekarang tidak tinggal di Indonesia.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan