Rabu, 6 Disember 2017

Awal mula makhluq

KETERANGAN TENTANG AWAL MULA MAKHLUK

Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ ketika ditanya tentang awal mula makhluk, beliau bersabda :

كان الله ولم يكن شيء غيره وكان عرشه على الماء وكتب في الذكر كل شيء ثم خلق السموات والأرض

Maknanya: “Allah ada pada _azal_ (wujud-Nya tanpa permulaan) tidak ada sesuatu apapun selain-Nya. Dan _‘arsy_ Allah berada (ditempatkan) di atas air (yang lebih dulu diciptakan sebelum ‘arsy) dan Allah (memerintahkan _Al-Qalam Al-A’la)_ untuk mencatat segala sesuatu yang akan terjadi sampai datangnya hari kiamat pada _Al-Dzikr_ _(Al-Lauh Al-Mahfuzh)_ dan kemudian Allah menciptakan langit dan bumi”. _(H.R. Al-Bukhari)_

Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ menjawab pertanyaan ini bahwasanya tidak ada permulaan bagi wujudnya Allah, yakni azali dan tidak ada yang azali kecuali hanya Allah. Dengan kata lain, pada azal tidak ada sesuatu apapun kecuali Allah dan Allah ta’ala adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu, yakni Dzat yang menampakkan (memunculkan) segala sesuatu dari yang semula tidak ada menjadi ada.

Makna Allah menciptakan segala sesuatu adalah menampakkan segala sesuatu yang ada di dunia ini dari yang semula tidak ada menjadi ada.

Allah ta’ala adalah Dzat yang maha hidup tidak akan mati, karena wujud Allah tidak akan berakhir _(abadi)_. Allah tidak didahului oleh ketiadaan _(Al-‘Adam)_ karena seandainya Allah didahului ketiadaan, niscaya mustahil bagi-Nya sifat _Al-Qidam_ (adanya Allah tanpa permulaan), yakni _Al-Azaliyyah_.

Hukum orang yang mengatakan: “Allah adalah Dzat yang menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah” adalah keluar dari agama islam secara pasti karena dia telah menisbatkan ketiadaan bagi Allah ta’ala sebelum adanya Allah. Padahal hal itu tidak boleh dikatakan kecuali bagi segala sesuatu yang baru _(Al-Hawadits),_ yaitu makhluk.

Allah ta’ala adalah dzat yang wajib wujudnya yakni tidak diterima oleh akal ketiadaan-Nya. Jadi Wujud (adanya) Allah tidak seperti keberadaan kita yang baharu, karena keberadaan kita ini sebab diciptakan oleh Allah ta’ala, sedangkan segala sesuatu selain Allah itu mungkin wujudnya, yakni secara akal mungkin keberadaanya setelah semula tidak ada dan juga mungkin ketiadaannya setelah semula ada. Hal ini dengan melihat keadaan segala sesuatu tersebut menurut hukum akal, bahwasanya secara akal segala sesuatu yang ada di dunia ini mungkin adanya dan mungkin ketiadaannya. Dan ketentuan tersebut sesuai dengan kehendak dan kuasa Allah.

Wallahu a'lam

_*( Abu 'Abdillah Ibnu Zubaidy Al-Bathy )*_

Tiada ulasan:

Catat Ulasan