Jumaat, 10 Ogos 2018

SEORANG NABI TIDAK PERNAH SESAT

*NABI MUHAMMAD  shallallaahu 'alayhi wa sallam TERPELIHARA DARI KESESATAN, BAIK SEBELUM KENABIAN MAUPUN SETELAH KENABIAN*

*Tafsir ayat ووجدك ضالا فهدى*

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
```
Baru-baru ini, tersebar video mengenai penafsiran surat adh-Dhuha ayat 7 dari seseorang yang jahil dasar2 ilmu agama yang begitu menghebohkan. Dikatakan oleh penafsir yang jahil tersebut bahwa berdasarkan ayat tersebut, Nabi Muhammad ﷺ pernah sesat sebelum diangkat menjadi Nabi, lalu Allah memberinya petunjuk.

Yang tidak kalah memancing polemik di kalangan publik adalah lanjutan ceramah yang berisi kesesatan aqidah itu ia mengaitkan “kesesatan” Nabi itu menurut sangkaan bathilnya itu dengan peringatan hari lahir Nabi yang populer disebut perayaan maulid nabi di kalangan ummat Islam di banyak negara Islam di dunia yang hingga masa ini telah berlangsung sudah ribuan tahun yang lalu. Dia menegaskan bahwa peringatan maulid sama halnya dengan memperingati kesesatan Nabi. Na’udzu billahi min dzalik.

Meski yang bersangkutan telah meminta maaf secara terbuka, namun hal itu tidak menyurutkan niat penulis untuk menjelaskan kepada publik bahwa ayat tersebut tidaklah mengandung makna seperti apa yang ia katakan.

Patut ditekankan dan ditegaskan bahwa Nabi Muhammad -shallallaahu 'alayhi wa sallam- yang kita cintai serta sosok yang segala tindak-tanduknya kita teladani, tidak pernah mengalami fase tersesat dari jalan yang benar.

Berikut ulasan singkatnya. Semoga bermanfaat.

Penting dipahami bahwa menurut para ulama Ahlussunnah dan para ahli tafsir terkemuka yang mu’tabar, ayat tersebut sama sekali tidak menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ pernah mengalami kesesatan.

Imam an-Nasafi, salah seorang ulama tafsir terkemuka mengatakan dalam Tafsir an-Nasafi, 4/39:

"ولا يجوز أن يفهم به عدول عن حق ووقوع في غي فقد كان عليه الصلاة السلام من أول حاله إلى نزول الوحي عليه معصوماً من عبادة الأوثان وقاذورات أهل الفسق والعصيان".

Maknanya:
“Ayat tersebut tidak boleh dipahami bahwa Nabi Muhammad -shallallaahu 'alayhi wa sallam- pernah menyimpang dari kebenaran dan terjatuh dalam kesesatan, karena beliau sejak awal sampai turunnya wahyu kepadanya ma’shum (dijaga; dipelihara oleh Allah jalla wa 'azza) dari perbuatan menyembah berhala serta perbuatan-perbuatan hina para pelaku kefasikan dan ahli maksiat”

Al-Qadhi ‘Iyadh dalam kitabnya asy-Syifa bi Ta’rif Huquq al-Mushthafa (2/109) mengatakan:

"والصواب أنهم معصومون قبل النبوة من الجهل بالله وصفاته والتشكك في شيء من ذلك".

Maknanya:
“Pendapat yang benar bahwa para nabi ma’shum dari ketidaktahuan mengenai Allah dan sifat-sifat-Nya dan juga dari keragu-raguan dalam hal itu”

Imam al-Hafizh al-Faqih Syekh Abdullah al-Harari al-'Abdari al-Habasyi asy-Syafi'i (w. 1429 H/2008) menegaskan dalam kitab Mukhtashar Sullam at-Taufiq, hlm. 12 :

"وَتَجِبُ لَهُمُ الْعِصْمَةُ مِنَ الْكُفْرِ وَالْكَبَائِرِ وَصَغَائِرِ الْخِسَّةِ قَبْلَ النُّبُوَّةِ وَبَعْدَهَا"

Maknanya:
“Para nabi itu pasti terjaga (ma’shum) dari kufur, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang menunjukkan kehinaan jiwa, baik sebelum mereka menjadi nabi maupun sesudahnya.”
```
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

💐SEMOGA BERMANFAAT💐

Tiada ulasan:

Catat Ulasan